Bisnis.com, JAKARTA--Harga seng diperkirakan mencapai US$2.100 per ton pada paruh kedua 2016 seiring dengan pengetatan pasokan dan menguatnya permintaan China.
Pada penutupan perdagangan Selasa (18/5) harga seng di London Metal Exchange (LME) turun 15,25 poin atau 0,8% menjadi US$1.882 per ton. Artinya, sepanjang tahun berjalan harga sudah menghijau sejumlah 19,21%.
Goldman Sachs Group Inc. dalam pulikasi risetnya, Kamis (19/5) menyampaikan perkiraan harga seng untuk 6-12 bulan mendatang naik dari US$1.700 per ton menjadi US$2.100 per ton. Dalam 3 bulan ke depan diproyeksi meningkat dari US$1.800 per ton menuju ke US$2.000 per ton.
Max Layton, Analyst Goldman Sachs Group Inc., menyampaikan seng menjadi logam dasar yang paling bullish karena didongkrak kenaikan permintaan.
"Seng menjadi pengecualian di pasar logam yang sanga bearish, terutama tembaga dan alumunium karena pasokan yang kuat di paruh kedua 2016," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/5/2016).
Proyeksi Goldman menambah proyeksi bullish bagi seng di tengah ekspektasi tingkat pasokan yang akan mengikuti jumlah permintaan. Logam yang digunakan dalam pembuatan baja mendapat dorongan penyerapan dari China yang sedang menggenjot infrastruktur.
Biro Statistik Nasional China memaparkan belanja infrastruktur dalam periode Januari-April 2016 naik 19% dan mengonsumsi seperempat seng domestik.
Data Bank Dunia menunjukkan Negeri Panda merupakan produsen dan konsumen olahan seng terbesar di dunia, dengan jumlah masing-masing 6,15 juta ton dan 6,48 juta ton pada 2015.
Menurut Goldman, seng menjadi logam andalan dalam pembentukan infrastruktur China. Secara keseluruhan, mereka memprediksi pasokan tahun ini turun 3,2% sedangkan konsumsi naik 1,9%. Hal tersebut memicu defisit pada 2016 sebanyak 114.000 ton dan 360.000 ton di 2017.
Citigroup Inc. dalam publikasi risetnya menyampaikan, seng menjadi satu-satunya logam dasar dengan kondisi fundamental yang berlawanan dengan makro ekonomi 2016. Di sisi lain, proyeksi defisit 125.000 ton di tahun ini dan bertumbuhnya permintaan bakal semakin mengerek harga.
Lembaga keuangan tersebut memprediksi harga pada Tahun Monyet Api menjadi US$1.745 per ton. Namun, seng bisa saja mencapai US$1.900 per ton dalam paruh kedua 2016.