Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah naik ke level tertinggi dalam enam bulan menyusul pernyataan Goldman Sachs Group Inc bahwa pasar minyak sedang dalam defisit karena gangguan pasokan di Nigeria dan peningkatan permintaan.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni naik US$1,51 ke level US47,72 per barel di New York Mercantile Exchange, sedangkan Brent untuk pengiriman Juli menguat US$1,14 atau 2,4% ke US$48,97 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Berdasarkan laporan Goldman Sachs yang dikutip dari Bloomberg, defisit pasokan datang lebih cepat satu kuartal dari perkiraan. Perkiraan harga untuk WTi pada kuartal ke dua hingga ke empat jugag meningkat ke US$44,60 dari US$38,40.
Analis pasar minyak dari Sofiete Generale SA, Michael Wittner mengatakan ada banyak gangguan yang menyebabkan produksi minyak berkurang.
“Nigeria salah satunya. Ada juga gangguan di Libya, Venezuela, dan beberapa negara lainnya,” katanya seperti yang dikutip dari Bloomberg, Senin (16/5/2016).
Setelah jatuh ke level terendah dalam 12 tahun terakhir pada Februari, harga minyak telah kembali pulih karena pasokan diperkirakan berkurang menyusul penurunan produksi. Badan Energi Internasional menyatakan surplus pasokan pada paruh pertama tahun ini lebih rendah dari perkiraan menyusul permintaan yang kuat di India dan negara-negara berkembang lainnya.
Sementara itu, wakil ketua konsultan industri IHS Inc, Daniel Yergin, mengatakan pasar minyak global akan berada pada titik keseimbangan di kuartal ketiga. Minyak mentah kemungkinan akan diperdagangkan sekitar US$50 pada paruh kedua tahun 2016.