Bisnis.com, JAKARTA— Perdagangan harga surat utang negara (SUN) di pasar sekunder masih akan bergerak bervariasi dengan perubahan tingkat harga yang relatif terbatas di tengah investor global yang masih mencermati pelaksanaan rapat dewan gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting).
Adapun dampak dari keputusan RDG Bank Indonesia yang mempertahankan tingkat BI Rate pada level 6,75% memberikan sinyal kepada pelaku pasar bahwa Bank Indonesia masih akan menunggu efektivitas dari penurunan BI Rate terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2016.
Sementara itu Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB Meeting) juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 0,0% setelah menurunkan suku bunga acuan sebesar 5 bps pada pertemuan sebelumnya, sesuai dengan estimasi analis.
Gubernur Bank Sentral Eropa menyatakan bahwa tingkat suku bunga acuan akan berada pada level yang rendah dalam beberapa waktu mendatang. Adapun program pembelian aset masih akan dilakukan dengan nilai pembelian sebesar EUR80 miliar per bulan.
Analis fixed income PT MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan secara teknikal, harga SUN memasuki area konsolidasi untuk SUN dengan tenor pendek hingga 10 tahun.
“Sehingga kami perkirakan harga SUN pada tenor tersebut akan cenderung bergerak mendatar (sideways),” katanya, Jumat (22/4/2016).
Adapun, untuk tenor panjang masih berada pada area jenuh beli (overbought) sehingga membuka peluang untuk kembali mengalami koreksi pada perdagangan hari ini. Dengan kondisi tersebut, investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek ditengah kondisi pasar SUN yang bergerak berfluktuasi.
“Kami masih merekomendasikan jual untuk seri FR0036, FR0031, FR0034, FR0053, FR0061 FR0070 dan FR0056."