Bisnis.com, JAKARTA--Saat pemerintah berencana melakukan moratorium lahan pertambangan, PT Vale Indonesia Tbk. membukukan penurunan produksi nikel dan PT Harum Energy Tbk. memutuskan untuk menunda ekspansi batu bara di PT Tambang Batubara Harum.
Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk. Nico Kanter mengatakan perseroan memproduksi nikel dalam matte sebanyak 16.894 ton pada kuartal I/2016. Volume produksiitu lebih rendah 24% dari kuartal sebelumnya dan 3% lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2015.
"Produksi triwulan pertama tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan produksi kuartal IV/2015 karena pelaksanaan aktivitas pemeliharaan yang sudah direncanakan dan sangat penting untuk memastikan operasi kami bisa berfungsi dengan efisien," katanya dalam keterangan pers, Kamis (21/4/2016).
Dia mengaku optimistis dapat mencapai target produksi tahun ini sebesar 80.000 ton. Target produksi emiten berkode saham INCO tersebut lebih rendah 1,4% dibandingkan dengan realisasi produksi tahun lalu 81.177 ton.
Perseroan mencatat volume produksi tahunan tertinggi dalam sejarah pada 2015. Tahun lalu, volume produksi meningkat 3% menjadi 81.177 metrik ton dari tahun sebelumnya.
Terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Harum Energy Tbk. Made Satya P., mengatakan perseroan mengubah alokasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sebesar Rp76,8 miliar dari Rp116,1 miliar. Pemangkasan itu terjadi di PT Tambang Batubara Harum.
Emiten bersandi HRUM itu telah mengalokasikan sejumlah dana berdasarkan estimasi untuk pengembangan fasilitas operasional. Namun, dengan pertimbangan harga batu bara di pasar dunia terus merosot, perseroan memutuskan untuk menunda kegiatan produksi batu bara di Tambang Batubara Harum hingga 2017.
"Dengan demikian, sisa dana sebesar Rp76,8 miliar menjadi tidak efektif sehingga perseroan bermaksud untuk mengalihkan alokasi dana tersebut menjadi tambahan modal kerja bagi PT Mahakam Sumber Jaya tahun ini," katanya.
Penambahan pendanaan untuk kebutuhan modal kerja, katanya, setara dengan 29,2% dari Rp263,1 miliar menjadi Rp340,02 miliar di Mahakam Sumber Jaya. Kebutuhan modal kerja Mahakam Sumber Jaya terutama untuk pendanaan kegiatan para kontraktor pertambangannya di dalam kegiatan produksi dan pengangkutan batu bara.
Jumlah produksi batu bara di Mahakam Sumber Jaya, sambungnya, direncanakan stagnan sebanyak 3,5 juta ton tahun ini. Diperkirakan, penurunan rerata harga batu bara hingga tahun ini akan berpengaruh pada terkoreksinya pendapaatan dan profitabilitas perseroan.