Bisnis.com, JAKARTA - Harga CPO semakin mahal di Bursa Malaysia pada Senin (28/3/2016), meneruskan reli 3 minggu yang telah mendorong komoditas tersebut ke harga tertinggi 2 tahun.
Kontrak berjangka CPO untuk Juni 2016, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka menguat 0,26% ke harga 2.730 ringgit per ton.
Harga komoditas tersebut kemudian semakin menanjak hingga diperdagangkan naik 1,07% ke 2.752 ringgit atau Rp9,09 juta per ton pada pukul 10.02 WIB.
Penguatan harga minyak dan indikasi penurunan hasil produksi kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia mendorong harga CPO menguat 10,67% selama 3 pekan beruntun.
Harga minyak Brent telah rebound lebih dari 38% dari harga terendah 12 tahun yang dibukukan pada awal Februari, sedangkan harga minyak kedelai telah naik 8,75% sejak awal Maret.
Departemen Pertanian AS memperkirakan output CPO turun dari 19,88 juta ton pada periode 2014–2015 menjadi 19,5 juta ton pada periode 2015–2016 tertekan faktor cuaca yang menekan produksi dan faktor harga yang mendorong kebijakan replanting.
Intertek memproyeksikan ekspor CPO mencapai 886.749 ton pada 1–25 Maret 2016, naik 12,6% dibandingkan periode yang sama pada Februari.
Sementara itu, pemerintah Indonesia hari ini mempertahankan bea ke luar CPO di level 0%, tidak mengikuti langkah pemerintah Malaysia yang mulai April memungut bea keluar 5% untuk ekspor CPO.
Pergerakan Harga Kontrak CPO Juni 2016
Tanggal | Level | Perubahan |
28/3/2016 (10.02 WIB) | 2.752 | +1,07% |
25/3/2016 | 2.723 | +1,83% |
24/3/2016 | 2.674 | -0,96% |
23/3/2016 | 2.700 | -0,44% |
22/3/2016 | 2.712 | +1,3% |
Sumber: Bloomberg