Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun, Yield SUN Berpotensi ke Level 7,3%

Imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun diprediksi berpeluang turun lagi hingga 7,3% setelah BI Rate dipangkas 25 bps kemarin.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun diprediksi berpeluang turun lagi hingga 7,3% setelah BI Rate dipangkas 25 bps kemarin.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, tiga kali sudah Bank Indonesia memangkas BI Rate hingga ke posisi 6,75% saat ini. Setelah BI Rate dipangkas, pasar surat utang bereaksi positif, tercermin dari penurunan imbal hasil.

Kemarin saja, setelah pengumuman BI Rate dipotong 25 bps, imbal hasil surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun FR0056 turun 13,88 bps ke 7,59%, sedangkan imbal hasil SUN lima tahun FR0053 merosot 10,33 bps.

Ariawan, Fixed Income Analyst PT Sucorinvest Central Gani, mengatakan penurunan imbal hasil SUN yang cukup dalam kemarin disebabkan pemangkasan BI Rate.

Ditambah lagi, hasil pertemuan bank sentral AS pada malam sebelumnya yang memberikan sinyal dovish terhadap kebijakan moneternya atau tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan AS.

Sinyal dovish itu membuat nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang lokal melemah, termasuk rupiah. Kemarin, rupiah menguat 1,44% hingga ke posisi Rp13.075 per dolar AS. Sejumlah bank sentral negara lain pun masih condong tidak agresif menaikkan suku bunga acuannya.

“Kondisi itu mendorong investor asing untuk meningkatkan minat masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Inflow asing masih berlanjut. Penguatan rupiah menjadi katalis positif untuk pasar surat utang,” tutur Ariawan, Kamis, (17/3/2016).

Dengan kondisi-kondisi tersebut, prediksinya imbal hasil SUN berpeluang terus menguat. Ariawan memperkirakan imbal hasil SUN bertenor 10 tahun bakal menguat ke posisi 7,3% hingga pertengahan tahun ini. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, imbal hasil SUN 10 tahun sudah turun 120 bps.

“Penurunan imbal hasil sangat cepat. Harga naik cukup kencang. Dihitung dari akhir tahun lalu, harga SUN sudah naik 7%-8%,” ucap Ariawan.

Sarannya, investor yang sudah memegang SUN sebelum pemangkasan BI Rate kemarin, menahan kepemilikannya dulu hingga pertengahan tahun ini. Jelang medio tahun ini, barulah dilepas untuk mengambil untung. Asumsi Ariawan, pada pertengahan tahun ini bakal terjadi koreksi di pasar SUN.

Koreksi terjadi karena perkiraan rupiah yang melemah akibat kebutuhan dolar AS yang meningkat karena korporasi harus membayar utang valas. Ditambah lagi, inflasi diperkirakan naik karena datangnya bulan puasa dan Lebaran.

“Setelah medio tahun ini, pasar akan menguat lagi, inflasi kembali stabil. Ruang penguatan SUN terbuka besar,” kata Ariawan.

Akuntino Madhany, analis fixed income PT Asanusa Asset Management, juga menilai peluang imbal hasil terbuka lebar. Aliran dana dari investor asing yang sudah terjadi sejak awal tahun ini bakal semakin deras masuk ke pasar obligasi.

“Kalau mau masuk sekarang ke pasar SUN, baiknya ke semua durasi, pendek, menengah, dan panjang. Juga bisa masuk ke seri yang kurang likuid karena tesisnya imbal hasil seri yang kurang likuid akan mengikuti imbal hasil seri yang likuid,” tutur Akuntino, Kamis, (17/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper