Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja raksasa otomotif berkapitalisasi pasar Rp260,1 triliun, PT Astra International Tbk. (ASII) ambrol 24,4% menjadi Rp14,45 triliun pada 2015. Apa sebenarnya penyebab laba Grup Astra terjungkal?
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan sepanjang tahun 2015, perseroan menghadapi pelemahan harga komoditas dan penurunan konsumsi domestik. Sekaligus, meningkatnya kompetisi dari sektor penjualan mobil.
"Dan menurunnya kualitas kredit korporasi yang mengakibatkan penurunan kontribusi di semua segmen, kecuali teknologi informasi," katanya dalam siaran pers, Kamis (25/2/2016).
Dia mengatakan, pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra terkoreksi 8,67% menjadi Rp184,19 triliun dari akhir tahun sebelumnya Rp201,7 triliun. Penurunan itu terutama terjadi lantaran melorotnya segmen otomotif, alat berat, dan pertambangan, serta agribisnis.
Laba bersih emiten berkode saham ASII tersebut ambrol 24,4% menjadi Rp14,45 triliun pada 2015 dari tahun sebelumnya Rp19,19 triliun. Jika tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara pada 2015 dan sebelumnya, laba bersih ASII turun 20% menjadi Rp16 triliun.
Dia menambahkan, nilai aset bersih per saham Grup Astra tercatat sebesar Rp2.521 pada 31 Desember 2015, meningkat 7% dibandingkan dengan posisi akhir 2014.
Adapun, nilai kas bersih secara keseluruhan, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp1 triliun, dibandingkan dengan utang bersih yang mencapai Rp3,3 triliun pada akhir 2014. Dia mengklaim, hal itu terjadi lantaran arus masuk modal kerja yang kuat.
"Anak perusahaan Grup segmen Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp44,6 triliun, dibandingkan dengan Rp45,9 triliun pada akhir 2014," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel