Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang poundsterling rentan terjatuh menanti pemungutan suara pada Juni 2016 sebagai penentuan posisi Inggris dalam Uni Eropa.
Pada perdagangan Selasa (23/2) pukul 19:13 WIB menujukkan nilai tukar pounds terhadap dolar AS melemah 0,37% menjadi 1,4096 per dolar AS.
Senior European Economist & Strategist Schroders Azad Zangana mengatakan, poundsterling telah jatuh tajam terhadap mata uang utama, karena investor global menahan diri dengan risiko brexit. Istilah brexit berarti keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengumumkan, referendum Inggris sebagai anggota Uni Eropa jatuh tempo pada 23 Juni 2016. Dengan adanya kesepakatan baru, Cameron dan pemerintah merekomendasikan agar negaranya tetap berada dalam serikat, meskipun beberapa anggota kabinet telah menentang dan berkampanye untuk meninggalkan keanggotaan.
Salah satu tokoh yang menyuarakan brexit ialah Walikota London Boris Johnson. Keputusan Johnson menjadi pukulan telak bagi pemerintah karena dirinya dipandang sebagai salah satu tokoh masyarakat yang berpengaruh.
Azad mengatakan, jajak pendapat awal yang dilakukan menunjukkan mayoritas pemilih ingin tetap berada di Uni Eropa. Polling yang dilakukan Schroders memperlihatkan 48% pemilih menyatakan ingin tetap bergabung, 38% menginginkan berpisah, dan 14% masih ragu.
Terpisah, Chief Market Analyst FXTM Jameel Ahmad menyampaikan, setelah melalui diskusi panjang antara Perdana Menteri Inggris dan para pemimpin Uni Eropa lainnya, referendum pemungutan suara keanggotaan Inggris di Uni Eropa telah dipastikan akan digelar pada 23 Juni 2016.
Konfirmasi voting ini menurutnya benar-benar merusak ketertarikan investor terhadap mata uang poundsterling yang memang sudah sangat melemah sejak akhir tahun lalu. Bahkan, penurunan lebih lanjut terhadap pound selama 4-5 bulan mendatang dapat terjadi karena ketidakpastian hasil voting referendum Inggris.
Jika peluang Inggris keluar dari Uni Eropa dianggap kecil, investor tidak akan meremehkan kemungkinan tersebut. Pasalnya, pasar masih mengingat gejolak dramatis menjelang referendum bersejarah di Skotlandia 18 bulan yang lalu.
“Walaupun sudah ada ekspektasi sejak beberapa bulan yang lalu bahwa referendum akan digelar bulan Juni, konfirmasi ini adalah berita negatif untuk pound dan jelas akan mendorong para penjual untuk memperhitungkan penurunan pound lebih lanjut," ujarnya melalui siaran pers kepada Bisnis.com, Selasa (23/2/2016)
Menurutnya, pedagang GBPUSD akan terinspirasi untuk menarik poundsterling kembali ke level terendah terhadap dolar AS, yaitu 1.40 yang baru saja terjadi bulan lalu. Apabila mencapai lebih rendah dari 1.40, maka pasangan mata uang ini benar-benar sedang terpuruk.
Dalam meninjau potensi risiko terhadap poundsterling, investor juga harus memantau kemungkinan reaksi dari para tokoh berpengaruh senior, seiring bermunculannya respon dunia.
Bahkan, jika ekspektasi pasar hasil voting penentuan Inggris keluar dari Uni Eropa rendah, komentar dukungan dari tokoh berpengaruh seperti Boris Johnson dapat memengaruhi sebagian pemilih.
Ada pula ancaman arus modal keluar dan kekhawatiran perusahaan-perusahaan besar dapat keluar dari kegiatan operasi di Inggris, apabila negara melepaskan diri dari Uni Eropa. Hal inilah yang membuat pound berisiko menghadapi begitu banyak gangguan terhadap sentimen investor selama beberapa bulan mendatang.
Di sisi lain, ekspektasi kenaikan suku bunga Inggris telah berulang kali dimundurkan sepanjang tahun lalu. Namun, pasar sudah punya satu lagi alasan untuk meniadakan kemungkinan tersebut karena ketidakpastian seputar apakah Inggris akan keluar dari Uni Eropa.
Pandangan yang negatif tentang pounds pada 2016 akan terus berlanjut ke depannya, walaupun mata uang ini telah merosot selama beberapa bulan terakhir. Jameel menganggap, ada terlalu banyak faktor terus memengaruhi ketertarikan investor terhadap GBP, termasuk kekhawatiran terhadap perlambatan data ekonomi, ekspektasi suku bunga yang terus mundur, dan meningkatnya ketidakpastian tentang kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.