Bisnis.com, JAKARTA--Emiten tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) kembali berencana untuk menerbitkan emisi obligasi global senilai US$420 juta setara dengan Rp5,8 triliun (Kurs Rp13.900/US$) untuk refinancing, setelah sebelumnya ditunda sejak tahun lalu.
Wakil Presiden Direktur Sritex Iwan Kurniawan Lukminto menuturkan perseroan telah mendapat restu untuk menerbitkan surat utang global dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) tahun lalu. Pemegang saham merestui penerbitan obligasi senilai US$420 juta.
"Pemegang saham telah menyetujui penerbitan obligasi global US$420 juta, termasuk untuk refinancing. Maksimal Agustus 2016 harus sudah diterbitkan," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (19/1/2016).
Rencana emisi obligasi global tersebut, sambungnya, akan dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi pasar obligasi di pasar internasional. Bila kondisi pasar global belum kondusif, emiten berkode saham SRIL tersebut akan membayar pinjaman dengan kas internal.
Porsi refinancing adalah US$320 juta, di mana US$270 juta di antaranya dipakai untuk menukar notes yang dimiliki Golden Legacy Pte. Ltd. Golden Legacy merupakan anak usaha SRIL yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini memiliki surat utang sebesar US$270 juta yang jatuh tempo pada April 2019 dengan bunga 9% per tahun.
Mengacu pada laporan keuangan kuartal III/2015, perseroan memunyai utang bank jangka pendek dan panjang senilai US$126,35 juta. Sedangkan, khusus utang bank jangka panjang didapatkan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. senilai US$104,32 juta.
Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Welly Salam menambahkan, kebutuhan dana perseroan dari emisi obligasi selain untuk refinancing, juga untuk ekspansi. Menurutnya, penerbitan obligasi global itu akan menunggu kondisi ekonomi membaik.
"Kami juga belum tentu mencari dana sebesar itu, lihat nanti sesuai kebutuhan. Situasinya masih belum bagus," paparnya.
Iwan Setiawan Lukminto, Presiden Direktur Sritex, putra pendiri produsen pakaian militer, H.M. Lukminto, pengusaha kaya asal Solo Jawa Tengah, tersebut memerkirakan pada tahun ini kinerja perseroan bakal stabil.
Menurutnya, permintaan sektor pertahanan di dunia diproyeksi bakal meningkat lantaran adanya gejolak keamanan. Tahun ini, Sritex memulai ekspansi pada semua lini bisnis, temasuk benang, kain mentah, kain jadi, dan pakaian jadi.
"Ekspansi ditargetkan selesai akhir tahun inin dan akan berkontribusi pada 2017 dan seterusnya. Target penjualan disasar naik 8% senilai US$680 juta," imbuhnya.
Dia menuturkan, strategi untuk mencapai target tersebut, Sritex akan meningkatkan penjualan atas produk-produk yang bernilai tambah tinggi, menambah pasar, serta pelanggan.
Secara Terpisah, analis PT Infovesta Utama Edbert Suryajaya, menilai emisi obligasi SRIL diperkirakan akan diminati oleh investor. Selera investor terhadap obligasi SRIL bakal bergantung pada imbal hasil yang ditawarkan manajemen.
Investor bakal mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, seiring dengan komitmen pemerintah untuk menggenjot kinerja melalui paket-paket kebijakan. Lembaga pemeringkat juga menaikkan peringkat Indonesia, sehingga obligasi global dari emiten Tanah Air tahun ini lebih menarik minat investor.
"Imbal hasil yang ditawarkan akan dibandingkan dengan profil risiko nilai tukar," ungkapnya.