Bisnis.com, JAKARTA— Harga batu bara melemah di saat global makin serius untuk mengatasi perubahan iklim.
Harga batu bara pada penutupan perdagangan Senin (9/11/2015) untuk kontrak Desember 2015 turun 0,39% ke US$51,20/metrik ton.
Pada perdagangan akhir pekan, batu bara mampu menguat 0,49% ke US$51,40/metrik ton.
Konsumsi diprediksi masih tertekan didorong upaya China menekan polusi dan upaya mempromosikan energi terbarukan.
Penggunaan batu bara turun 2,3% dalam sembilan bulan pertama 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan yang dirilis Senin oleh kelompokn lingkungan Greenpeace. Penurunan mencapai 180 juta ton batu bara.
Laporan itu menegaskan upaya dunia untuk memerangi pemanasan global sehingga memiliki dampak signifikan pada industri batu bara, yang dinilai menjadi sumber terbesar emisi karbon.
"Kecenderungan ini menunjukkan booming batu bara global dalam dekade pertama abad ke-21 adalah fatamorgana," kata Lauri Myllyvirta, Greenpeace Batu bara dan Juru Kampanye Energi seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/11/2015).
Penurunan penggunaan batu bara akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dituding sebagai penyebab pemanasan bumi.
"Pembuat kebijakan makin serius soal perubahan iklim. Ada pengalihan batu bara ke gas untuk energi pembangkit listrik," kata Elchin Mammadov, Analis Bloomberg Intelligence.
China pengkonsumsi sekitar setengah dari permintaan batu bara dunia untuk listrik turun lebih dari 4% pada tiga kuartal pertama.Pertumbuhan konsumsi listrik negara sebagian besar telah tertutup oleh tanaman energi baru terbarukan.
Pergerakan harga batu bara di bursa Rotterdam*
Tanggal | US$/MT |
9 November | 51,20 (-0,39%) |
6 November | 51,40 (+0,49%) |
5 November | 51,15 (0,00%) |
*Kontrak Desember 2015
Sumber: Bloomberg