Bisnis.com, JAKARTA— Akhirnya, investor reksa dana saham bisa bernapas lega Oktober ini. Setelah terus mencatatkan return negatif sejak Juni lalu hingga September, pada Oktober ini kinerja reksa dana saham cukup memuaskan.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, return reksa dana saham periode satu bulan (28 September-28 Oktober) mencatatkan return hingga 12,97%. Pencapaian ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Misalnya saja, pada Juni lalu return reksa dana tercatat -7,17%. Kemudian pada Juli dan Agustus return rekda dana saham masing-masing -2,26% dan -6,75%.
Adapun, pada September lalu, reksa dana saham masih mencatatkan return negatif hingga -6,64%. Cemerlangnya kinerja reksa dana saham Oktober ini tak terlepas dari membaiknya kinerja pasar saham. Pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Oktober ini (per 26 Oktober) juga tinggi, yakni mencapai 10,16%.
Bila dibandingkan dengan sejumlah jenis reksa dana lainnya, kinerja periode 1 bulan reksa dana saham pada Oktober terbilang unggul. Kinerja return reksa dana pendapatan tetap periode 1 bulan tercatat 3,3%, reksa dana campuran 7,43% dan reksa dana pasar uang 0,54%
Namun demikian, kinerja reksa dana saham Oktober ini belum mampu mendongkrak kinerja reksa dana periode 3 bulan, 6 bulan, dan juga 1 tahun. Return reksa dana saham periode 3 bulan tercatat -2,93%, sedangkan return reksa dana saham periode 6 bulan sekitar -12,88%. Sementara, return yang ditorehkan reksa dana saham periode 1 tahun tercatat -9,13%.
Hans Kwee, Vice President Investment PT Quant Kapital Investama mengatakan meski kinerja reksa dana saham sepanjang Oktober positif, kinerja reksa dana saham hingga akhir tahun masih akan fluktuaktif. Ada kemungkinan masih akan positif hingga November.
“Namun, kalau Desember agak rawan turun, karena kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga Desember,” kata Hans kepada Bisnis, Kamis (29/10).
Analis PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan IHSG berpotensi menutup kinerja Oktober dengan return positif.n Meski demikian beberapa sentimen negatif yang dapat dicermati oleh investor adalah perlambatan perekonomian China yang masih berlanjut dan nilai tukar rupiah yang rawan melemah.
Dia menilai, masuknya investor asing, penguatan nilai tukar rupiah, serta kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed yang semakin tipis dinaikkan dalam jangka pendek membawa angin segar untuk pasar saham pada Oktober ini. “Ditambah juga ekspektasi akan dampak positif kebijakan pemerintah tahap III dan IV pada perekonomian,” katanya belum lama ini.