Bisnis.com, JAKARTA -- Produsen kosmetik PT Martina Berto Tbk. tidak akan reaktif menghadapi persaingan ketat sehubungan dengan pelonggaran ketentuan impor produk itu.
Sekretaris Perusahaan Martina Berto Desril Muchtar mengatakan perseroan tidak akan mengeluarkan biaya promosi dan pemasaran besar-besaran demi mengamankan pangsa pasar.
"Kami wajar-wajar saja menghadapi persaingan ini. Enggak mentang-mentang ada 'pendatang baru', lalu kami langsung siapkan 'sambutan'," ungkapnya, Selasa (27/10/2015).
Menteri Perdagangan Thomas Lembong menerbitkan aturan baru yang membebaskan verifikasi dan penelusuran asal barang impor kosmetik, jamu, elektronik, tekstil, alas kaki dan sepatu, mainan anak, serta makanan dan minuman.
Pelonggaran itu tertuang dalam Permendag No 87/2015 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu yang berlaku mulai 1 November 2015 hingga 31 Desember 2018. Dalam perkembangan terbaru, otoritas perdagangan membuka kemungkinan membatalkan ketentuan itu setelah menuai protes dari pelaku usaha (Bisnis, 27/10/2015).
Desril menuturkan perusahaan akan memperlakukan setiap kompetitor dengan sama, termasuk produk luar negeri.
Pada akhir 2014, emiten berkode saham MBTO itu mempertahankan pangsa 4%-6% di segmen kosmetik, dan 3%-4% di segmen perawatan kulit, dengan produk utama Sariayu, Biokos, dan Hadi Suwarno, menurut riset Mandiri Sekuritas.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2015, perusahaan yang didirikan Martha Tilaar itu mengeluarkan biaya iklan, pameran, dan promosi Rp47,61 miliar, turun 36,32% dari periode sama tahun lalu.
Penurunan itu turut mengurangi beban penjualan dan pemasaran hingga 10,64% menjadi Rp100,17 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini.
Martina Berto sepanjang semester lalu meraih pertumbuhan penjualan neto 4,38% (year on year) menjadi Rp321,68 miliar pada semester I/2015. Laba komprehensif yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Martina Berto melesat 35,66% menjadi Rp5,25 miliar meskipun beban pokok penjualan serta beban umum dan administrasi.
Kenaikan penjualan itu bukan karena peningkatan permintaan, melainkan kenaikan harga produk 5%-10% sejak awal tahun. Bahkan untuk segmen premium, harga naik 15%.
Perseroan berharap target penjualan Rp770 miliar tahun ini dapat terlampaui setelah tahun lalu meraih Rp671,39 miliar.