Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja indeks harga saham gabungan yang mulai rebound sejak awal Oktober memberi berkah untuk seluruh saham yang tergabung dalam Indeks Bisnis 27.
Seluruh harga saham mengalami pertumbuhan positif, bahkan sekitar 16 emiten membukukan pertumbuhan harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada periode sepanjang Oktober yang tercatat 8,57%.
Berdasarkan data Bloomberg, yang Bisnis olah, pertumbuhan harga saham 27 emiten yang tergabung dalam Indeks Bisnis 27 sepanjang Oktober (per 20 Oktober) tercatat mencapai 13,32%.
Pertumbuhan sepanjang Oktober ini seiring dengan tumbuhnya kinerja IHSG, setelah, kinerja harga saham emiten Indeks Bisnis 27 sepanjang kuartal III tercatat -18,28%. Pada periode tersebut tidak ada satupun harga saham emiten yang mengalami pertumbuhan.
Bila dilihat secara memerinci, ada sekitar 16 emiten yang kinerja pertumbuhan harga sahamnya melampaui pertumbuhan IHSG. Di tempat pertama ada PT Bukit Asam Persero Tbk (PTBA) yang harga sahamnya melonjak hingga 29,77% sepanjang Oktober dari Rp5.625 per 30 September menjadi Rp7.300 per 20 Oktober.
Kemudian, disusul oleh Bank BNI (BBNI) yang harga sahamnya tumbuh 25,75% dari Rp4.135 menjadi Rp5.200. Kemudian, PT Adaro Energi Tbk. (ADRO) yang harga sahamnya tumbuh 25,23% dari Rp535 menjadi Rp670 pada periode yang sama. Lalu ada, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang tumbuh 23,25% setelah pada kuartal III merosot 25,92%.
Bank BRI (BBRI) ada di posisi kelima dengan pertumbuhan harga saham 22,83% dari Rp8.650 menjadi Rp10.625. Dilanjutkan oleh PT Astra Interrnational Tbk (ASII), PT Perusahaan Gas Negara Persero Tbk (PGAS) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) dengan pertumbuhan harga saham masing-masing sekitar 21,53%, 18,57% dan 18,54%.
Achfas Achsien, Chief Investment Officer PT PG Asset Management mengatakan konstituen Indeks Bisnis 27 merupakan saham-saham emiten yang dikur berdasarkan kapitalisasi market. Dengan demikian, lebih banyak didominasi oleh perusahaan-perusahaan perbankan dan konglomerasi. Bila kinerja IHSG merosot disertai aksi jual investor asing yang tinggi, maka kinerjanya sahamnya juga akan merosot lebih dalam.
“Namun, bila pasar saham positif, maka saham-saham perbankan dan konglomerasi juga naiknya akan lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja saham yang lain, ini yang terjadi pada kinerja harga saham Indeks Bisnis 27 Oktober ini,” kata Achfas saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (21/10/2015).
Selain saham-saham perbankan dan konglomerasi yang mengalami pertumbuhan, kinerja saham-saham energi seperti PGAS dan ADRO juga sudah mulai rebound. Dia memperkirakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan dikeluarkannya sejumlah paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah membuat kinerja saham membaik.
“Ke depan, masih optimistis kinerja saham, terutama yang ada di Indeks Bisnis 27 bisa membaik. Apalagi kalau Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya, ini akan berdampak positif pada kinerja saham perbankan, ”tambahnya.
Sementara itu, rilis laporan keuangan emiten kuartal III juga akan keluar. Diprediksi, kinerja sejumlah emiten masih melambat. Namun demikian, dia menilai perlambatan kinerja tidak lantas linier dengan kinerja harga saham. Jadi, harus dilihat seberapa buruk perlambatan yang terjadi.
Dia berharap, kinerja saham yang masuk dalam Indeks Bisnis 27 bisa terus positif hingga kuartal IV tahun ini agar bisa menutupi kinerja kuartal III yang terkoreksi cukup dalam. Meski demikian, ada sejumlah sentimen yang tetap harus diwaspadai, terutama nilai tukar dan kinerja cadangan devisa.
“Ini akan sangat bisa mempengaruhi, jadi saham-saham perbankan dan konglomerasi itu juga sangat rentan.”