Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan laju nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (20/10/2015) masih dibayangi sentimen penguatan dolar dan penurunan harga komoditas.
“Hari ini tekanan terhadap rupiah bisa datang kembali melihat sentimen penguatan dollar dan penurunan harga komoditas yang masih terlihat,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (20/10/2015).
Dikemukakan pada kuartal III/2015, pertumbuhan ekonomi China kembali diumumkan melambat hingga 6,9% YoY dari 7,0% YoY, merupakan pertumbuhan terendah dalam 6 tahun terakhir. Akan tetapi angka tersebut masih lebih baik dari perkiraan yang 6,8% YoY.
Sementara itu secara umum dolar menguat di Asia kemarin, menyusul pengumuman tersebut, walaupun tidak merata. Hingga dini hari tadi indikator perumahan AS yang membaik mampu melanjutkan penguatan indek dolar.
Rupiah yang sempat melemah di pembukaan menyusul pengumuman GDP China, akhirnya berhasil ditutup menguat. Menjadi salah satu kurs yang menguat di Asia di tengah sentimen penguatan dolar.
“Secara umum tekanan eksternal baik dari penurunan harga komoditas serta sentimen perlambatan global masih akan menekan rupiah ke depan,”kata Rangga.
Akan tetapi, ujarnya, potensi overshooting akibat harapan kenaikan suku bunga the Fed sepertinya masih akan tertunda hingga tahun depan.
Pengumuman angka PDB kuartal III/2015 yang diperkirakan pemerintah membaik hingga 4,8-5% YoY, juga akan menjadi konfirmasi penting bagi arah pergerakan rupiah ke depan.