Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPANSI USAHA: Emiten Rumah Sakit Kebal Krisis

Perlambatan ekonomi dunia maupun pelemahan nilai tukar rupiah ternyata tak mampu menyurutkan langkah emiten rumah sakit untuk berekspansi dan menambah portofolio rumah sakit.
RS Siloam. /Bisnis.com
RS Siloam. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Perlambatan ekonomi dunia maupun pelemahan nilai tukar rupiah ternyata tak mampu menyurutkan langkah emiten rumah sakit untuk berekspansi dan menambah portofolio rumah sakit.

PT Siloam International Hospitals Tbk., misalnya, segera membuka dua rumah sakit baru, sebagai bagian rencana penambahan 10 rumah sakit besar dan kecil pada tahun ini.

Corporate Secretary Siloam International Hospitals (SILO) S. Budisuharto mengatakan perseroan bakal segera membuka rumah sakit di Yogyakarta dan Labuan Bajo sebelum akhir 2015 yang merupakan rumah sakit berskala besar.

“Mayoritas izin sudah di tangan kami, di harapkan sudah bisa buka tahun ini,” ungkap dia kepada Bisnis.com, Senin (21/9/2015).

Menurut Budisuharto, biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah sakit besar berkisar Rp200 miliar-Rp300 miliar. Adapun, nilai investasi untuk rumah sakit kecil sekitar Rp30 miliar.

Perseroan menganggarkan dana US$80 juta untuk belanja modal sepanjang 2015, yang akan digunakan untuk membangun sepuluh rumah sakit dan peningkatan kapasitas rumah sakit yang telah beroperasi.

Kesepuluh rumah sakit itu sebagian merupakan rumah sakit besar dan separuh lainnya rumah sakit kecil. Sebelumnya, SILO menyebutkan setidaknya akan ada tujuh rumah sakit besar yang dibuka tahun ini. Lokasinya tersebar di Yogyakarta, Bogor, Jember, Lubuk Linggau, Bau-Bau, Labuan Bajo, dan Semarang.

Awal bulan ini, anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) itu merampungkan pembangunan rumah sakit besar di Jember.

Sementara itu, rumah sakit di Bau-Bau diperkirakan tidak bisa terealisasi tahun ini dan harus menunggu hingga 2016 karena perseroan masih mengurus izinnya.

Di luar itu, dalam pipeline SILO juga ter dapat beberapa lokasi lain yakni Solo, Malang, Bandung, dan Pangkal Pinang. Jika sesuai jadwal awal, maka keempatnya bakal selesai dibangun pada 2016.

Kebutuhan investasi untuk rumah sakit besar ditanggung oleh induk usaha, sedangkan pengembangan klinik atau rumah sakit berskala kecil berasal dari kas internal SILO. Per 30 Juni 2015, perseroan memiliki kas internal Rp217,14 miliar.

Saat ini, SILO sudah memiliki setidaknya 20 rumah sakit di seluruh Indonesia dengan kapasitas lebih dari 4.800 tempat tidur. Perseroan menargetkan jumlahnya dapat mencapai 50 rumah sakit pada 2017.

Di sisi kinerja, SILO mengincar kenaikan pendapatan operasional bersih sebesar 49% tahun ini menjadi Rp3,68 triliun. EBITDA ditargetkan tumbuh 92% menjadi Rp868 miliar dari sebelumnya sekitar Rp452 miliar.

Selama semester I/2015, EBITDA perseroan sudah menyentuh Rp315 miliar atau meningkat 51% secara year-on-year. Perseroan membidik kenaikan EBITDA di kisaran 58%- 62% selama tiga tahun ke depan.

Selain SILO, emiten lain juga berencana menambah rumah sakitnya tahun ini adalah PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).

Perusahaan yang lebih fokus di properti itu menyatakan akan segera mengoperasikan rumah sakit di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun depan.

Rumah sakit yang dibangun pada akhir 2014 tersebut bakal menjadi rumah sakit ketiga perseroan. Dalam jangka panjang, CTRA berniat untuk terus mengembangkan fasilitas rumah sakit di kawasan perumahan yang telah dikembangkan.

Dua rumah sakit yang telah berdiri terletak di Citra Garden City di Jakarta dan Citra Raya Tangerang.

“Sejauh ini belum ada rencana penambahan rumah sakit lagi. Kami belum menentukan lokasi pembangunan yang paling cocok. Harapan perusahaan adalah setiap ka wasan perumahan bisa dilengkapi pula dengan rumah sakit,” kata Direktur dan Corporate Secretary Ciputra Development Tulus Santoso, belum lama ini.

Dia menjabarkan setiap pengembangan ru mah sakit dibutuhkan investasi sekitar Rp150 miliar-Rp250 miliar. Dari sisi perolehan pendapatan, sektor ini belum bisa memberikan kontribusi banyak untuk perusahaan.

“Kalau khusus dari pendapatan berulang, paling tinggi penerimaan dari sektor pusat perbelanjaan. Lalu sewa kantor dan perhotelan. Rumah sakit porsinya yang paling kecil,” ujarnya. []

EKSPANSI USAHA: Emiten Rumah Sakit Kebal Krisis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Edisi Selasa (22/9/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper