Bisnis.com, JAKARTA—Jelang rapat The Federal Reserves, investor disarankan tidak mengambil posisi dulu.
Pada perdagangan Rabu (16/9/2015), indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,33% ke 4.332,51. IHSG turun sendiri di tengah penguatan indeks di bursa Asia Tenggara, termasuk China, Hong Kong, dan India. Nilai transaksi harian hanya Rp3,62 triliun, jauh lebih rendah dari rerata nilai transaksi harian Rp5,83 triliun.
Aksi jual bersih investor asing kemarin Rp378,7 miliar sehingga menambah total jual bersih investor asing sejak awal tahun hingga kemarin menjadi Rp9,44 triliun.
KDB Daewoo Securities menyarankan agar investor tidak mengambil posisi menjelang kenaikan suku bunga the Fed. KDB menilai kenaikan suku bunga The Fed akan berpengaruh signifikan pada pasar modal dan perekonomian Indonesia. Dampak langsung yang terjadi adalah keluarnya modal atau aliran dana asing dari Indonesia.
“Ini juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan pergerakan mata uang secara signifikan. Di Indonesia, kami melihat akan terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar,” kata Taye Shim, Head of Research KDB Daewoo Securities dalam risetnya, Rabu (16/9/2015).
Menurut Taye, dampak kenaikan Fed Fund Rate akan sangat terasa di pasar ekuitas dan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Pasalnya, kenaikan bunga acuan tersebut akan mendongkrak nilai portfolio saham di AS.
Hal ini kemudian membuat investor memilih untuk beralih dari pasar modal Indonesia ke AS sehingga membuat imbal hasil (yield) efek lokal menjadi lebih rendah. Akibatnya aliran dana asing akan banyak yang keluar dari Indonesia dan melemahkan mata uang rupiah.
Oleh sebab itu, Taye menyarankan agar pelaku pasar modal mempertahankan sikap konservatif dan tidak merekomendasikan investor untuk mengambil posisi menjelang kenaikan suku bunga AS itu.
“Hal ini terutama karena pasar telah diperhitungkan dalam skenario "tidak ada kenaikan suku bunga", menyiratkan sulitnya keadaan berbalik bahkan jika Fed untuk mempertahankan suku bunganya,” jelasnya.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan kemungkinan besar, The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya pada September ini. Dia justru beranggapan, bahwa kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut akan naik pada Maret tahun depan.
Oleh sebab itu, dia menilai agar investor tidak menahan diri dalam berinvestasi di pasar saham. Untuk investor yang memiliki time horizon cukup panjang, minimal 2 tahun, bisa melakukan akumulasi beli di saham-saham infrastruktur, konstruksi, , dan semen. “Lima tahun ke depan, itu akan menguntungkan,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Rabu (16/9).
Sementara, untuk investor jangka pendek atau trader bisa melakukan akumulasi beli kalau ada peluang, dan menjualnya kembali bila diperlukan.
“Kalau dilihat tidak ada kenaikan September. Namun, ketidakpastian tetap ada karena September tetap ada pertemuan FOMC, Desember juga ada lagi pertemuan.”