Karir Politik Kutu Loncat Gagal Cawapres
Tidak hanya berbisnis. Rupanya, Hary Tanoe mulai tergiur untuk berpolitik. Dia bergabung dengan partai politik, mulai dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) pimpinan Surya Paloh, kemudian meloncat ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Bersama Wiranto, Hary Tanoe mendeklarasikan sebagai Calon presiden dan wakil presiden dari Partai Hanura. Tagline Win-HT sering muncul di media miliknya.
Tetapi, perolehan suara Hanura yang tak menggembirakan, memupus cita-cita HT untuk bertarung di Pemilu presiden bersama Wiranto.
Kongsipun pecah. Wiranto mendukung pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebaliknya, Hary Tanoe mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Kekalahan Prabowo-Hatta dalam Pilpres tahun lalu tak membuat HT patah arang. Dia kemudian mendirikan organisasi masyarkat (ormas) Persatuan Indonesia atau Perindo.
Belakangan, Perindo menjelma menjadi partai politik yang langsung dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo. Tampaknya memang, cemerlangnya HT dalam membangun kerajaan bisnis tidak sejalan dengan karis politiknya.
Kendati demikian, perlu menjadi catatan, saat mendiang Sudono Salim, ayahnya Anthoni Salim, dekat dengan dunia politik pada masa Orde Baru, akhirnya terkena 'pukulan' juga. Anthoni Salim sebagai generasi kedua Grup Salim memilih untuk menjauh dari ingar bingar politik.
Desmon Silitonga menilai keinginan HT untuk masuk ke dunia politik adalah agar lini bisnisnya bisa berkembang dengan baik. Dunia bisnis, tentu bila terdapat keterkaitan dengan politik, akan berdampak positif maupun negatif.
"Kita enggak bisa dipungkiri itu, bagaimana pebisnis itu yang juga masuk ke politik, background-nya bisnis, itu bukan hal aneh, bahwa bisnis dan politik itu 'berselingkuh'. Contohnya Ical dan JK," paparnya.