Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah penerbit obligasi menunda penerbitan surat utang hingga ada kepastian dari the Fed soal penaikan suku bunga acuan AS.
Salyadi Saputra, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), mengatakan perlambatan ekonomi dan gejolak yang terjadi di pasar saham dan obligasi membuat sebagian perusahaan menunda rencana obligasinya. Menurutnya, saat ini ada sekitar 16 perusahaan dengan nilai Rpp11,4 triliun yang bakal menerbitkan obligasi pada semester II ini.
Informasi itu terdiri dari 4 perusahaan perbankan dengan nilai Rp4 triliun dan sektor pembiayaan berjumlah 5 perusahaan dengan nilai Rp4,98 triliun. Selain itu, 1 perusahaan makanan dan minuman dengan nilai Rp300 miliar, 3 perusahaan di sektor perkebunan dengan nilai Rp875 miliar, dan 3 perusahaan properti dengan nilai Rp1,25 triliun.
“Ada beberapa yang rencana menunda, tapi tidak banyak. Saya sudah pasti ada satu cukup besar perusahaan perbankan, dia menunda,” kata Salyadi kepada Bisnis, Rabu (9/9/2015).
Menurutnya, perusahaan tersebut menunda sampai kondisi membaik. Paling tidak, menunggu momentum kenaikan suku bunga bank sentral AS. “Semoga akhir tahun ini, atau mungkin awal tahun depan,” tambah Salyadi.
Dia memprediksi, penerbitan obligasi korporasi pada semester II ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan semester I lalu.
Hingga saat ini, Pefindo sudah merealisasikan penerbitan obligasi korporasi sekitar Rp42,998 triliun. Adapun, total emisi obligasi dan sukuk korporasi yang tercatat sepanjang tahun ini secara keseluruhan berjumlah 36 emisi dengan nilai emisi Rp47,07 triliun.
Dari sisi nilai emisi, jumlah total emisi obligasi dan sukuk korporasi sampai dengan Agustus 2015 telah melampaui pencapaian di sepanjang 2014 dengan total nilai emisi Rp46,84 triliun dari hasil penerbitan 49 obligasi dan sukuk.
“Memang bakal lebih rendah, tapi tidak akan mengubah target kami pada akhir tahun, yakni sekitar Rp55 triliun. Ini memang karena sudah ramai di semester I.”
Edbert Suryajaya, Senior Investment Analyst PT Infovesta Utama mengatakan mahalnya cost of fund penerbitan obligasi korporasi diprediksi akan membuat sejumlah perusahaan menunda rencana penerbitan obligasi.