Bisnis.com, JAKARTA— Harga CPO meneruskan pelemahan pada Senin (7/9/2015) setelah Malaysia menunda penerapan program biofuel B10.
Kontrak berjangka CPO untuk November 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, dibuka melemah 0,49% ke harga 2.021 ringgit atau Rp6,69 juta per ton. Pada pukul 10:23, WIB CPO diperdagangkan melemah 0,74% ke harga 2.016 ringgit per ton.
Harga CPO semakin tertekan setelah data menunjukkan produksi minyak sawit Malaysia pada Agustus membukukan rekor, naik 15% dari Juli menjadi 2,09 juta ton.
Pergerakan perdagangan komoditas CPO juga terpengaruh oleh batalnya penerapan program biofuel B10 mulai Oktober.
Bloomberg melaporkan Malaysia akhir pekan lalu mengumumkan penundaan implementasi program biofuel B10, yang mewajibkan campuran nabati minimal 10% pada biodisel yang dijual di Negeri Jiran.
Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Douglas Uggah Embas mengatakan penerapan batas baru tersebut diundur dari Oktober untuk menunggu persetujan kabinet. Namun, Uggah menegaskan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mendukung program biofuel B10.
Program B10 bertujuan meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri untuk agar harga komoditas tersebut terkatrol. Indonesia saat ini telah menerapkan aturan serupa dengan batas minimal campuran minyak nabati lebih tinggi, yaitu 15%.
Pergerakan Harga Kontrak CPO November 2015
Tanggal | Level | Perubahan |
7/9/2015 (10.23 WIB) | 2.016 | -0,74% |
4/9/2015 | 2.031 | -0,05% |
3/9/2015 | 2.032 | +2,16% |
2/9/2015 | 1.989 | -1,19% |
1/9/2015 | 2.013 | +1,10% |
Sumber: Bloomberg