Bisnis.com, JAKARTA — Meski indeks harga saham gabungan menguat selama tiga hari terakhir di pekan ini dan asing sempat mencatatkan aksi beli bersih, tekanan jual diprediksi masih akan terjadi di pasar saham Indonesia.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat setelah bergerak di zona positif sepanjang hari. Indeks naik sebesar 0,35% ke 4.446 setelah bergerak di antara 4.433-4.511. Sebanyak 173 saham naik, 111 saham turun, 75 saham tidak bergerak, dan 198 saham tidak ditransaksikan.
Adapun, investor membukukan transaksi sebesar Rp6,53 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp5,11 triliun, transaksi negosiasi Rp1,42 triliun, dan transaksi tunai Rp2 juta. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) sebesar Rp430,45 miliar.
Sementara berdasarkan rekapitulasi Bursa Efek Indonesia (BEI), asing mencatatkan net sell Rp140,5 miliar. Aksi net sell hari ini membuat total net sell sepanjang tahun ini menjadi Rp6,26 triliun.
Dari Asia, mayoritas indeks saham menguat signifikan. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik 3,03% dan indeks Kospi Korsel yang menguat 1,56%. Sementara, indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,04%.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan meski investor asing sempat melakukan aksi beli pada perdagangan Kamis (27/8), aksi tersebut diprediksi hanya sementara. Dia menilai, tekanan jual masih merundungi pasar saham Indonesia.
“Asing masih cenderung bergerak keluar dari pasar saham. Sempat net buy karena mengantisipasi kenaikan fed fund rate pada Oktober atau bahkan akhir tahun, mundur dari prediksi sebelumnya yang September, jadi masuk dulu mereka, tapi potensinya masih tekanan jual,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Jumat (28/8).
Ketidakpastian kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut membuat asing akan memilih keluar, namun terbatas. Artinya, tidak besar-besaran seperti pekan pekan sebelumnya sepanjang Agustus ini. Berdasarkan data BEI, sepanjang Agustus asing melakukan aksi beli bersih hanya dua kali, yakni pada 3 Agustus sekitar Rp327,99 miliar dan 27 Agustus sekitar Rp218,58 miliar.
Selain itu, kondisi China juga masih akan menekan pasar emerging market dan membuat asing keluar dari pasar saham. Menurutnya, pemerintah China baru saja mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendorong perekonomian mereka yang tengan melambat. Setelah melakukan devaluasi yuan, China juga menurunkan suku bunga acuan dan memberikan stimulus hingga 140 miliar yuan.
“Banyak yang memperkirakan, langkah-langkah yang diambil tersebut bakal memperlemah yuan dan berakibat negatif bagi pasar emerging market, teermasuk Indonesia. Makanya, tekanan jual masih akan ada, meski terbatas,” jelasnya.
Meski terus keluar dari pasar saham, Hans memprediksi, tidak semuanya meninggalkan Indonesia. Dia menilai, sebagian investor asing yang keluar dari pasar memilih masuk ke pasar obligasi atau pasar uang yang lebih aman.
“Ada sebagian pindah ke obligasi. Yang mengkhawatirkan itu, kalau asing keluar dari obligasi, makanya kemarin pemerintah sempat protes dengan JP Morgan karena merekomendasikan investor keluar dari pasar obligasi