Bisnis,com, JAKARTA - Emiten farmasi tidak berniat melakukan pembelian kembali saham meskipun Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan kelonggaran buyback tanpa melalui persetujuan rapat umum pemegang saham.
Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk Rusdi Rosman mengatakan perseroan baru akan mengambil tindakan ketika harga saham KAEF mendekati harga penawaran umum perdana (IPO) Rp200 per lembar.
"Sekarang masih Rp700 per lembar. Kalau di bawah IPO, baru deh (buyback). Lagipula, saham Kimia Farma yang beredar di pasaran (dimiliki publik) hanya 10%," ujar Rusdi saat dihubungi, Minggu (23/8/2015).
Perusahaan, lanjutnya, tidak ambil pusing kendati harga saham KAEF turun 46,15% dalam 5 bulan terakhir. Harga saham emiten BUMN itu ditutup di level Rp700 per lembar pada penutupan perdagangan pekan lalu. Bahkan dibandingkan dengan harga tertinggi pada 26 Februari, yakni Rp1.445 per lembar, saham KAEF anjlok 51,56%.
Ketimbang buat buyback, tutur Rusdi, dana perseroan lebih baik dipakai untuk ekspansi. KAEF tahun ini mengalokasikan belanja modal Rp590 miliar, a.l. untuk pembangunan pabrik serta penambahan apotek dan klinik.
Hal yang sama juga diungkapkan Sekretaris Perusahaan PT Indofarma (Persero) Tbk Yasser Arafat. "Tidak buyback, kami fokus kepada peningkatan kinerja," ujarnya tanpa bersedia merinci peningkatan kerja dimaksud.
Harga saham INAF turun 45,18% dalam lima bulan terakhir ke posisi Rp152 per lembar pada penutupan perdagangan Jumat (21/8). Dari level tertingginya Rp332 per lembar paada 26 Februari, harga saham INAF terpangkas 54,22%.
Adapun PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) belum menyatakan berniat atau tidak melakukan buyback. Direktur KLBF Vidjongtius tak merespons panggilan maupun pesan singkat Bisnis.com.