Bisnis.com, JAKARTA- Rupiah gagal meneruskan penguatan kemarin, ditutup melemah 0,19% ke Rp13.332 per dolar AS di pasar spot.
Memang, nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (19/6/2015) saat dibuka, melemah 0,08% ke level Rp13.317/US$.
Repons Fed Rate nampaknya terhenti. Fed yang tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunganya, yang menyebabkan indeks dolar AS yang masih tertekan.
Sementara itu Yunani dibayangi gagal bayar, setelah pertemuan 4 jam dengan pada kreditor tidak menemukan solusi.
Bagaimana pergerakan rupiah selanjutnya? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Rupiah gagal meneruskan penguatan kemarin, ditutup melemah 0,19% ke Rp13.332 per dolar AS di pasar spot.
Mata uang Asia Tenggara kompak melemah. Dolar Singapura melemah 0,11%, peso Filipina (-0,26%), ringgit Malaysia (-0,43%), baht Thailand (-0,04%), dan rupiah melemah 0,15% ke Rp13.327.
Rupiah makin tertekan setelah sesi I perdagangan di bursa saham berakhir, terdepresiasi 0,16% ke Rp13.328 per dolar AS.
Sementara itu yen melemah atas dolar AS, yaitu turun 0,07% ke 123,05/US$.
Seperti diketahui hari ini bank sentral Jepang (Bank of Japan) menggelar rapat, dan memutuskan tidak mengubah kebijakan moneter di tengah ancaman disinflasi dan kelesuan ekonomi.
Dalam siaran pers yang dirilis pagi ini BoJ menyatakan program quantitative easing dipertahankan pada besaran 80 triliun yen atau sekitar US$650 miliar per tahun..
Bank of Japan mempertahankan stimulus moneter di level US$650 miliar per tahun.
Tingkat inflasi inti yang tercatat stagnan pada April diperkirakan sebagai faktor yang membuat bank sentral Jepang tidak meningkatkan besaran quantitative easing.
Yen jepang berbalik melemah 0,03% setelah pengumuman BoJ pada pukul 10.32 WIB, setelah pagi tadi dibuka menguat 0,16%. Rupiah masih melemah 0,11% ke Rp13.322 per dolar AS pada waktu yang sama.
Mulai pembukaan hingg pk. 10:09, rupiah masih melemah atas dolar AS. Rupiah melemah 0,1% ke Rp13.320. Sementara itu kurs Jisdor mampu terapresiasi o,13%.
Kurs rupiah meneruskan penguatan pada Kamis (18/6/2015) berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).
Data yang diterbitkan BI pagi ini menempatkan Jisdor pada Rp13.324 per dolar AS atau terapresiasi 0,13% dari Rp13.341 per dolar AS yang ditetapkan kemarin.
Mata uang Asia tenggara mayoritas melemah di tengah penurunan ineks dolar AS yang berlanjut.
Pasar uang ikut menantikan putusan bank sentral Jepang (BoJ) yang menggelar rapat hari ini, Jumat (19/6/2015).
Hanya dolar Singapura yang mampu menguat 0,11%, lainnya melemah. Yaitu peso Filipina (-0,11%), ringgit Malaysia (-0,06%), baht Thailand (-0,08%), dan rupiah melemah 0,13% ke Rp13.324.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (19/6/2015) dibuka melemah 0,08% ke level Rp13.317/US$.
Repons Fed Rate nampaknya terjenti. Fed yang tidak tergesa-gesa menaikkan suku bunganya, yang menyebabkan indeks dolar AS yang masih tertekan.
Sementara itu Yunani dibayangi gagal bayar, setelah pertemuan 4 jam dengan pada kreditor tidak menemukan solusi.
Lagi-lagi indeks dolar AS melemah. Pada pembukaan perdagangan Jumat (19/6/2016), indeks dolar AS melemah 2 basis poin ke level 94,040 dari penutupan sehari sebelumnya 94,042. Sehari sebelumnya, dolar AS diperdagangkan melemah 0,27% ke level 94,042. Indeks bertahan melemah hingga pk. 07/13 WIB.
Pelemahan indeks dolar tentu menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah?US$ hari ini.
Nampaknya indeks dolar AS tidak mampu untuk bergerak ke atas. pagi ini indeks dolar AS hanya bertahan stagnan di 94,04.
Pada Kamis, indeks dolar ditutup di level 94,042.
Indeks dolar Amerika Serikat ditutup 0,27% ke level US$94,042 pada perdagangan Kamis (18/6/2015) waktu setempat atau Jumat WIB pagi (19/6/2015).
Pelemahan indeks dolar AS yang berlanjut, tentunya akan membuka potensi rupiah untuk meenruskan penguatannya pada perdagangan hari ini.
Seperti diketahui banks sentral AS mengemukakan hasil pertemuan dua hari belum akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed Rate), karena masih menunggu perbaikan data tenaga kerja, dan inflasi yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi AS.
“Laju rupiah mampu berbalik positif. Seperti biasa pula, setelah berakhir rapat The Fed dengan hasil kurang lebih sama seperti bulan-bulan sebelumnya bahwa The Fed masih akan melihat situasi dan kondisi ekonomi AS sebelum memutuskan waktu untuk menaikan Fed Rate, memberikan sentimen negaif pada laju dolar AS. Di sisi lain, rupiah pun memanfaatkan kondisi tersebut untuk bergerak menguat,” kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada dalam risetnya.