Bisnis.com, JAKARTA— Indeks saham Asia bertahan pada zona rendah dalam dua bulan terakhir setelah rilisnya data tingkat pengangguran di Amerika Serikat yang lebih baik ketimbang perkiraan, serta prediksi kenaikan suku bunga Federal Reserve pada tahun ini.
Indeks MSCI Asia Pasifik melorot kurang dari 0,1% menjadi 147,83 pada pukul 09:03 waktu Tokyo. Akhir pekan lalu, indeks melorot 2,3%, terendah sejak 3 April 2015.
Pertaruhan pada suku bunga berjangka menunjukkan kemungkinan The Fed akan menaikkan biaya pinjaman pada September mendatang, naik 33% pada Jumat lalu, setelah rilis data tingkat pengangguran di AS yang mencatat rekor terbaik dalam 5 bulan, dari sebelumnya 27%.
“Pasar akan terus mengkonsolidasikan,” ungkap Kheim Do, Kepala Multi Aset Strategi Baring Aset Management Ltd. Cabang Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg, Senin (8/6/2015).
Dia mengatakan, terdapat sejumlah ketidakpastian di luar, terutama akibat kinerja saham yang telah membaik pada tahun ini. Jika suku bunga obligasi terus membaik, tentu bakal menekan pasar saham.
Menurutnya, investor harus siap-siap terhadap kenaikan suku bunga AS mengingat kinerja perekonomian yang kian membaik.
Indeks Topix Jepang naik 0,3%. Sedangkan, Indeks Selandia Baru NZX 50 hanya mengalami sedikit perubahan.
Sementara itu, Indeks Kospi Korea Selatan dibuka turun 0,2%. Sedangkan, pasar saham Australia tidak membuka perdagangan akibat sedang libur. Pasar saham China dan Hong Kong masih belum membuka perdagangan.
Tercatat, pada akhir pekan lalu, Shanghai Composite Index naik 1,5%, naik 8,9% sejak awal pekan, terbesar sejak Desember tahun lalu.