Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KOPI Rendah, Petani Vietnam Tahan Hasil Panen

Harga kopi yang masih berada di level rendah membuat petani kopi di Vietnam mengekspor hasil panennya sepanjang kuartal I/2015 dengan jumlah terkecil dalam empat tahun terakhir. Harga kopi global pun masih berpotensi tertekan pada tahun ini karena produksi di Brasil akan terus meningkat.
Kopi/Bisnis.com
Kopi/Bisnis.com

Bisnis.com, HANOI – Harga kopi yang masih berada di level rendah membuat petani kopi di Vietnam mengekspor hasil panennya sepanjang kuartal I/2015 dengan jumlah terkecil dalam empat tahun terakhir. Harga kopi global pun masih berpotensi tertekan pada tahun ini karena produksi di Brasil akan terus meningkat.

Pada kuartal pertama tahun ini, ekspor kopi Vietnam turun 41% menjadi 354.000 ton dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu .

Van Thanh Huy, Direktur Daklak Investment Export-Import Joint Stock Corp., mengatakan para petani kopi di Vietnam mengharapkan harga kopi kembali ke level 40.000 dong per kg untuk bisa mendapatkan keuntungan.

“Harga saat ini masih terlalu rendah sehingga sebagian besar petani masih enggan menjual produknya,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Rabu (8/4/2015).

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 10:52 WIB, harga kopi berjangka di Intercontinental Exchange (ICE) turun 2,91% menjadi US$1,41 per pon, sedangkan di Dak Lak, Vietnam harga kopi fisik berada di level 38.100 dong per kg atau telah turun 3,5% sepanjang kuartal pertama tahun ini.

Namun, aksi para petani Vietnam ini harus dinilai hati-hati, alih-alih menunggu harga kembali  naik malah importir lari ke negara produsen lainnya.

Phan Anh Hung, Wakil Direktur Anh Minh Co., mengatakan petani di Vietnam harus berhati-hati dalam menahan hasil panennya. Kalau, terlalu lama menahan malah membuat kesempatan untuk menjual hilang.

“Para importir bisa saja kan beralih ke produsen lain di Indonesia dan Brasil,” ujarnya.

Apalagi produksi kopi di Indonesia yang dimulai pada bulan ini berpotensi naik 18% menjadi 650.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper