Bisnis.com, MEDAN - Sulit memang bagi investor saham pemula jika masuk ke bursa saham dengan kondisi seperti saat ini. Dimana IHSG sudah memasuki area jenuh beli yang perlahan terus mengalami tekanan.
Membeli saham apapun yang ada di Bursa Efek Indonesia saat ini, maka peluang mengalami kerugian akibat tekanannya akhir-akhir ini lebih terlihat daripada janji keuntungannya.
"Yang saya khawatirkan justru mereka yang masuk pemula, terus mengalami kerugian langsung menyerah dan menyimpulkan bahwa bermain di saham tidak memberikan keuntungan. Namun, yang perlu diketahui bagi para pemain saham pemula adalah bahwa jika mereka masuk ke pasar saham saat ini, maka memang momennya kurang pas," tutur salah seorang praktisi ekonomi di Kota Medan, Gunawan Bonyamin, Senin (30/3/2015).
Setidaknya nanti setelah terjadi koreksi pada IHSG. Disaat IHSG mulai terkoreksi, disaat itulah mengoleksi saham menjadi lebih mudah karena setelah penurunan biasanya akan berbalik dan tren penguatan terbuka. Nah pertanyaannya kapan?
"Saya sendiri juga sulit mengatakan kapan hal tersebut akan terjadi. Namun jika IHSG terkoreksi hingga kekisaran 5.000 hingga 5.200 sudah saatnya bisa mengakumulasi saham," sambungnya. Sekalipun pemula, namun sebaiknya jangan sembarang memilih saham. Perhatikan saham konstruksi yang sejauh ini harganya relatif mahal. Tunggu ada koreksi 5 hingga 10% terlebih dahulu. Hal itu karena kinerja saham konstruksi sangat fantastis sebelumnya, sehingga memiliki potensi koreksi yang cukup besar.
Saham-saham konstruksi yang bisa dicermati antara lain PTPP, WIKA, ADHI, WTON dan WSKT. Dimana PTPP dan WSKT memiliki prosfek yang lebih baik dibandingkan dengan saham konstruksi lainnya. Akan tetapi jika kita adalah investor pemula namun berorientasi jangka panjang, maka sebenarnya tidak ada masalah mebeli saham-saham tersebut disaat kondisi seperti ini.
Hal yang penting adalah melakukan pendekatan fundamental dan teknikal. Dengan pendekatan tersebut para investor pemula tidak terjebak pada kerugian yang besar yang bisa mematahkan semangat untuk berinvestasi di pasar saham. pada 2015 ini selain konstruksi, saham-saham perkebunan maupun saham berbasiskan konsumsi juga masih layak dibeli.