Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Depresiasi Rupiah: Belanja Modal Semen Indonesia Membengkak

Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat anggaran belanja modal PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ikut membengkak.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat anggaran belanja modal PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ikut membengkak.

Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia mengatakan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga level Rp13.000 memberikan dampak signifikan pada kinerja keuangan perseroan, terutama untuk anggaran belanja modal. Pasalnya, perseroan masih melakukan pembelian peralatan dari luar negeri.

“Memang lebih banyak dari Eropa, tapi dari AS juga ada, dan ini sangat berpengaruh signifikan, capex jadi membengkak,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (15/3).

Dia mencontohkan, saat ini perseroan tengah melakukan ekspansi pembangunan pabrik di Rembang dan Indarung.

Menurutnya, dengan kurs Rp11.000, investasi pembangunan pabrik Rembang diperkirakan sekitar Rp3,7 triliun. Namun, dengan kurs Rp12.500, nilai investasi jadi membengkak hingga Rp4,4 triliun.

Sementara itu, emiten dengan kode saham SMGR ini belum melum bisa melakukan antisipasi. “Kalau pengaruhnya ke operasional ini bisa diantisipasi dengan efisiensi, kalau ke anggaran belanja modal, ya susah ya,” tambahnya.

Sebelumnya, Direktur Keuangan Semen Indonesia Ahyanizzaman mengatakan sekitar 90% anggaran belanja modal tahun ini akan digunakan untuk kedua proyek tersebut.

Tahun ini hingga 5 tahun ke depan, perseroan menyiapkan anggaran belanja modal sekitar Rp5 triliun-Rp7 triliun setiap tahunnya. “Masih didominasi untuk penambahan kapasitas dan rencana pabrik baru,” katanya.

Pembangunan pabrik semen di Rembang diharapkan rampung medio 2016.

Pembangunan akan terus berlangsung karena segala perizinan telah dipenuhi. Walaupun pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang menuai protes berkenaan lingkungan, perseroan menampik proses pembangunan terkendala.

Pembangunan yang berdiri di atas lahan 517,1 hektare ini, nantinya mengambil lahan yang ditambang seluas 405,4 ha. Diperkirakan, pabrik ini akan mampu berproduksi selama 120 tahun.

Nantinya, pabrik di Rembang mampu memproduksi sebesar 3 juta ton per tahun.

Investasi ini juga dibarengi dengan proyek Indarung yang diproyeksi berproduksi dalam periode yang sama pada 2016.

Investasi pembangunan pabrik Indarung memakan biaya US$352 dengan total kapasitas produksi sama, yakni 3 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper