Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan beberapa pekan terakhir terlihat menguat dan terus memecahkan rekor seiring masuknya dana asing yang dalam dua minggu terakhir mencapai di atas Rp12 triliun rupiah.
Sayangnya, optimistis investor asing tidak diikuti investor lokal yang khawatir dengan melemahnya nilai tukar rupiah hingga mendekati angka resisten Rp13.000. Begitu pula dengan kekhawatiran terhadap BI Rate.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan kondisi tersebut menyebabkan pergerakan IHSG memang masih menguat namun sedikit terhambat.
“IHSG sepekan ke depan range support di 5400 resistance 5600. Jadi kecenderungan sejauh ini terus menguat tapi support pertama itu 5425, kalau tiba-tiba turun di bawah 5425 bakal konsolidasi dulu,” ujarnya ketika berbincang dengan Bisnis.
Menurutnya, pelaku pasar dalam negeri harus lebih percaya diri dengan melihat pertumbuhan ekonomi.
“Pasar hanya perlu diyakini ke depan rupiah mungkin akan melemah karena BI Rate cenderung turun tapi selama pertumbuhan ekonomi kita bagus, mau rupiah di Rp12.500 atau RP13.000 bukan sesuatu yang krusial yang terpenting ke depan orang lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Dengan fokus yang mengarah ke pertumbuhan ekonomi maka saham yang perlu diperhatikan terutama terkait consumer, perbankan, dan property.
“Untuk perbankan kita masih bullish terhadap BRI. Property bullish terhadap Sumarecon, Asri, sektor consumer cukup bullish pada saham-saham Unilever, ICBP, dan AKRA.”
Adapun yang secara teknikal mulai rebound ialah Gajah Tunggal dan Japfa, sedangkan untuk saham batu bara sudah melandai, namun United Tractor diperkirakan masih rebound.
Sebaliknya, saham konstruksi seperti Adhi Karya, Waskita Karya, PT PP, dan Wijaya Karya masih rawan aksi profit taking sehingga menyebabkan saham-saham tersebut masih stagnan selama seminggu ke depan.
“Masih menunggu right issue dari Adhi Karya, setelah itu mungkin akan konsolidasi dulu baru kemudian naik kembali,” ucapnya.