Bisnis.com, JAKARTA--Penerbitan surat utang oleh korporasi mulai ramai. Februari belum ditutup, tapi PT Pemeringkat Efek Indonesia sudah menerima mandat penerbitan obligasi korporasi hingga Rp17,5 triliun.
Nilai emisi senilai Rp17,5 triliun tersebut akan diterbitkan oleh sekitar 11 perusahaaan yang terdiri dari perusahaan multifinance, perkebunan, telekomunikasi, dan perbankan.
Adapun, penerbitan obligasi korporasi ini masih didominasi oleh perusahaan multifinance, dengan delapan penerbitan. Seluruh mandat yang sudah diterima itu rencananya terbit pada semester I/2015.
Ronald T. Andi Kasim, Presiden Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengatakan pasar surat utang tengah bergairah. Apalagi, setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke level 7,5%.
“Ini membuat pasar surat utang lebih bergairah lagi. Bisa dibilang sekarang merupakan waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi. Oh iya, ini terakhir baru saja masuk perusahaan multifinance akan menerbitan obligasi korporasi semester I senilai Rp4 triliun,” kata Ronald seperti dikutip Bisnis.com, Minggu (22/2/2015).
Mandat penerbitan obligasi yang sudah diterima oleh Pefindo senilai Rp17,5 triliun bisa dikatakan meningkat cukup signfikan. Pasalnya, pada Januari lalu, mandat yang diterima baru senilai Rp5,3 triliun.
Ronald mengatakan tahun ini ada sektor tertentu yang berpotensi dan harus didorong mencari pendanaan lewat obligasi. Sektor tersebut adalah sektor infrastruktur. Dia menilai sektor ini sangat related dengan fokus pemerintah sekarang.
“Kami bahkan sudah siap untuk melakukan project financing type of bond untuk mendukung itu. Jadi, nanti proyeknya yang akan di-rating. Kami tinggal menunggu pemerintah memulainya,” jelas Ronald masih enggan menjelaskan lebih jauh.
Berdasarkan data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA), total penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun lalu tercatat Rp45,07 triliun, turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp58,43 triliun.
Pefindo memproyeksi penerbitan obligasi korporasi nasional 2015 akan mencapai Rp55 triliun. Harapannya Pefindo mengambil peluang rating 70% dari total itu.
Menurut Ronald, sejumlah faktor eksternal memunculkan sinyal beragam terhadap kondisi obligasi nasional. Di satu sisi, optimisme pemerintah dalam pengembangan infrastruktur dan ekonomi maritim sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi memberi sinyal positif bagi pasar modal. Di sisi permintaan, instrumen obligasi diproyeksi tertekan seiring berubahnya tingkat suku bunga di Amerika Serikat.
Kendati demikian, Ronald optimis pasar modal nasional mampu memberi suplai likuiditas tinggi dengan adanya obligasi jatuh tempo mencapai Rp38 triliun pada 2015. “Penurunan BI rate sekarang juga sangat mendorong, karena sebelumnya penerbitan obligasi melambat karena bunga sedang tinggi.”