Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Bukopin Tbk sedang mengkaji opsi baru penguatan modal untuk anak usahanya, PT Bank Syariah Bukopin (BSB), melalui sejumlah skema termasuk penerbitan saham baru (rights issue).
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin Tri Joko Prihanto mengungkapkan pada tahun ini, Bank Bukopin selaku pemegang saham pengendali masih mencari investor strategis yang tepat untuk BSB.
"Investor paling banyak datang dari luar negeri antara lain Timur Tengah dan Malaysia. Ada juga bank domestik," katanya kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Rencana realisasi penerbitan saham kembali, katanya, besar kemungkinan di lakukan pada tahun depan. Joko mengungkapkan tak menutup juga bila dikolaborasikan dengan penjualan saham Bank Bukopin di BSB.
Tanpa menyebutkan porsi saham yang bakal dilepas, dia menegaskan emiten berkode BBKP tetap akan menjadi mayoritas. Hingga kini porsi kepemilikan saham Bank Bukopin di BSB mencapai 70%. Dia menambahkan pada tahun ini, Bank Bukopin akan menyuntikkan dana segar senilai Rp100 miliar untuk mem per kuat
modal BSB setelah tahun lalu menggelontorkan dana hingga Rp200 miliar.
Secara terpisah, Direktur Utama BSB Riyanto mengungkapkan jika pemegang saham berencana melakukan aksi korporasi, maka manajemen harus siap dengan segala keputusan itu. Dia mengungkapkan anak usaha selalu mempersiapkan sistem pengelolaan bank kuat.
"Kami sudah bisa melakukan transaksi online dan memiliki jaringan ATM (automated teller machine) yang luas. Itu ini persiapan masuknya investor baru," katanya.
Riyanto tak menampik, bahwa perusahaan yang dipimpinnya membutuhkan modal setiap tahun untuk tumbuh dan meningkatkan porsi di industri perbankan syariah. Maka dari itu, katanya, perusahaan akan meningkatkan kinerja dengan cara menjaga kualitas perusahaan. Sebab, investor dominan akan mencari bank-bank yang sehat dan menguntungkan dalam melakukan investasi.
Pada 2014, BSB membukukan laba yang terkontraksi, karena biaya dana naik hingga 3,6% pada tahun lalu. Pada 2013, persentase biaya dana mencapai 6,2%, lalu pada tahun lalu meningkat hingga 9,4%. Menurutnya, biaya dana BSB naik hingga Rp100 miliar.
Adapun BSB pada akhir tahun silam mencapai Rp12,7 miliar, tumbuh terkontraksi hingga 35% dari posisi Rp19,54 miliar secara year on year.
Sementara itu, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun silam mencapai Rp3,71 triliun, tumbuh sekitar 13% dari posisi Rp3,28 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun hingga 2014 mencapai Rp3,99 triliun, tumbuh 22% dari posisi Rp3,27 triliun secara year on year.
BSB membukukan aset mencapai Rp5,16 triliun pada 2014, atau tumbuh 18,8% dari posisi Rp4,34 triliun secara year on year.