Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan diprediksi masih tertekan karena keluarnya investor asing yang khawatir terhadap penaikan suku bunga acuan AS.
Kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,56% ke posisi 5.188,71. Aksi asing masih terus berlanjut sejak awal pekan ini. Pada Kamis, (15/1), investor asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp620,1 miliar. Tidak cuma IHSG, seluruh indeks di regional Asia Tenggara menghijau.
Hans Kwee, analis Investa Saran Mandiri, mengatakan sinyal rebound harga minyak dunia jadi sentimen positif untuk bursa saham regional. Kemarin, harga minyak dunia (WTI) di posisi US$48,16 per barel, sedangkan satu hari sebelumnya di posisi US$45,62 per barel.
Perkiraan Hans, harga minyak dunia bakal stabil di level US$45 per barel hingga US$50 per barel dan kemungkinannya kecil melampaui US$50 per barel.
“Rebound harga minyak dunia sentimen bagus untuk bursa regional, terlihat dari menghijaunya indeks bursa regional kemarin. Indonesia juga kena imbasnya,” ucap Hans kepada Bisnis, Kamis, (15/1).
Menurutnya, bagi Indonesia penurunan harga minyak dunia jadi katalis positif bagi lndonesia. Sebab, harga minyak dunia yang melemah bakal diikuti penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Dengan penurunan harga BBM, ekspektasi pelaku pasar terhadap inflasi ikut turun.
Tapi, laju penguatan IHSG bakal dibebani keluarnya investor asing dari pasar saham Indonesia. Hans menuturkan investor asing tengah melakukan penyesuaian portofolio investasinya dalam menghadapi peningkatan suku bunga acuan AS.
The Fed sendiri menyatakan suku bunga acuan AS bakal bertahan di level saat ini setidaknya hingga akhir April 2015.
“Penguatan IHSG kita memang agak berat karena tiap hari asing terus melakukan aksi jual bersih,” ungkap Hans.