Bisnis.com, FRANKFURT - Investor merespons berbagai situasi yang kian memanas di Uni Eropa dengan aksi buang euro sepanjang perdagangan awal tahun ini ini. Bahkan, duo Citigroup dan Barclays Plc meramalkan euro bisa tergerus hingga 10% pada akhir 2015 ke level US$1,07, titik terdalam sejak April 2003.
Pada perdagangan awal pekan ini, euro merosot hingga 1,2% terhadap dolar Paman Sam menjadi US$1,1864 atau terendah sejak Maret 2006. Jika keadaan ini bertahan hingga penutupan perdagangan pekan ini, maka euro bisa terus terperosok hingga US$1,164 atau terdalam sejak 2005.
"Anjloknya euro bukan kabar baru. Namun, skala pergerakannya yang liar tetap mengejutkan. Beberapa hari ke depan bisa jadi lebih liar," ujar Analis Westpac Banking Corp. Sean Callow, Senin (5/1/2015).
Yusuke Fujishima, Senior Manager Currency and Financial Mitsubishi UFJ Trust and Banking Corp., mengatakan pihaknya mencermati pertempuran antara ECB dan investor sepanjang pekan ini. "Tanda-tanda kemerosotan euro masih sangat kuat," ungkapnya.