Bisnis.com, JAKARTA -- Depresiasi rupiah yang terus terjadi membuat PT Indosat Tbk (ISAT) ketar-ketir sebab emiten jasa telekomunikasi itu punya utang valas sekitar 50% dari total utang bank dan obligasi.
Direktur Utama PT Indosat Tbk. Alexander Rusli mengatakan depresiasi rupiah saat ini hingga melampaui level Rp12.500 per dolar AS dapat membuat perseroan mendulang rugi selisih kurs yang lebih besar dari 2013. Tahun lalu, ISAT membukukan rugi selisih kurs senilai Rp3 triliun. Saat itu, nilai tukar rupiah Rp12.189 per dolar AS.
“Itu mengkhawatirkan buat kami. Kami berharap situasi dapat membaik. Kami juga belum tahu dampak [depresiasi rupiah] terhadap refinancing yang akan kami lakukan tahun depan,” tutur Alexander, Senin, (15/12/2014).
Perseroan baru saja menggalang dana dari penerbitan obligasi senilai Rp2,5 triliun dan pinjaman perbankan untuk melunasi guaranteed notes senilai US$650 juta. Obligasi setara Rp7,78 triliun yang jatuh tempo pada 2020 itu akan dilunasi pada tahun depan. Perhitungan Alexander, saat ini utang valas ISAT mencapai US$1 miliar.
“Kami mohon bantuan agar Bank Indonesia intervensi sedikitlah biar rupiah lebih stabil. Itu bisa jadi sinyal positif ke pasar,” ucapnya.