Bisnis.com, NEW YORK—Dolar AS turun paling rendah dalam tiga bulan terakhir pascapengumuman data tingkat pengangguran AS, yang di bawah perkiraan, di tengah perdebatan kenaikan suku bunga AS.
Bloomberg Dollar Spot Index kembali turun setelah Gubernur Federal Reserve Janet Yellen mengatakan bank sentral mesti melakukan segala cara yang diperlukan untuk mengatasi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang di bawah target. Demikian dilansir Bloomberg, Sabtu (8/11/2014).
Yellen berbicara di Paris sehari setelah Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi menegaskan komitmennya melakukan stimulus ekonomi, yang membuat Euro kembali jatuh dalam tiga minggu terakhir.
Dolar AS turun 0,7% ke 114.44 Yen. Sementara, Euro meningkat 0,6% ke US$1,24, meski jika dilihat secara sepekan masih turun 0,6%.
“Bank sentral mesti mempersiapkan segala cara yang ada, termasuk kebijakan yang tidak konvensional, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencapai target inflasi yang sudah ditetapkan,” papar Yellen.
Pernyataan ini disampaikan seiring terpecahnya ECB mengenai sejauh mana bank sentral Eropa itu mesti membeli surat utang demi memangkas deflasi. Sejumlah anggota ECB tidak sependapat dengan rencana Draghi tentang pembelian obligasi.
Draghi menyatakan akan menggenjot neraca keuangan bank seperti pada Maret 2012, atau US$1,24 triliun lebih besar dari posisi saat ini.
Berbeda dengan ECB, The Fed tengah mengkaji jadwal kenaikan suku bunga AS. Jika terealisasi, kenaikan itu akan menjadi yang pertama sejak 2006, demi mendorong pertumbuhan ekonomi.