Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.437,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (2/5/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan menguat 0,84% atau 139 poin ke level Rp16.437,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun 0,3% ke posisi 99,95.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang misalnya menguat 0,14%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, dolar Singapura menguat 0,68%, dan olar Taiwan menguat 4,15%.
Selain itu, won Korea Selatan menguat 1,61%, peso Filipina menguat 0,45%, rupee India menguat 0,45%, hingga baht Thailand menguat 1,05%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini. Data pengangguran AS misalnya mengalami kenaikan.
Terdapat pula kemungkinan data tenaga kerja AS mengalami penurunan dalam rilis ke depan. Ini membuat indeks dolar AS bergerak fluktuatif. Kemudian, akan ada potensi perdamaian antara AS dan China dalam isu perang dagang.
Baca Juga
Geopolitik global juga masih memanas. Gencatan senjata Rusia Ukraina akan berakhir. Perang di Timur Tengah pun masih panas.
Dari dalam negeri, indeks keyakinan konsumen Indonesia pada April 2025 menguat dibanding Maret 2025.
Terdapat juga sentimen dari hari buruh, di mana dalam pertemuan hari buruh kemarin, Kamis (1/5/2025), Presiden RI Prabowo Subianto berencana menghapus outsourcing. Rencana itu ditunggu pasar.
Ibrahim memproyeksikan perdagangan pekan depan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat ke rentang Rp16.340 sampai Rp16.044 per dolar AS. Faktor pendorongnya adalah konsolidasi Bank Indonesia (BI) dan pemerintah dalam menjalankan bauran kebijakan ekonomi.