Bisnis.com, JAKARTA -- Istana menilai pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (Pilres) 2014 turut mendorong penguatan rupiah yang terjadi pada hari ini, Selasa (7/8/2014).
Pada perdagangan hari ini, rupiah ditutup melejit ke Rp11.626 per US$.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, rupiah melonjak 0,74% ke level Rp11.626 per dolar AS pada pukul 15.56 WIB. Pada awal perdagangan, kurs rupiah dibuka menguat 0,04% ke level Rp11.708 per US$. Sementara itu, pada perdagangan hari sebelumnya, rupiah ditutup Rp.11.713 per US$.
"Saya kira ada [sentimen Pemilu]. Pileg sudah lewat. Sekarang masa tenangjuga hampir habis. Kondisi relatif aman, tidak ada gejolak yang meresahkan. Saya rasa itu juga memberikan kepastian atau ketenangan bagi dunia usaha," ujar Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, Selasa (7/8/2014).
Namun demikian, ujarnya, banyak faktor yang mendorong penguatan rupiah. Antara lain rilis Badan Pusat Statistik tentang neraca perdagangan yang kembali positif dan cadangan devisa yang meningkat.
Di sisi lain, lanjut Firmanzah, masih ada rilis dari Bank Indonesia tentang inflasi yang terjaga.
"Kemudian juga hal menarik yang saya rasa menenangkan pasar yakni kesepakatan lindung nilai yang diinisiasi oleh Presiden dengan lembaga dan kementerian terkait telah memberikan kepastian dan menenangkan pasar," tegasnya.
Kesepakatan lindung nilai yang dimaksud yakni kesepakatan antara pemerintah dalam hal ini Kemenkeu, dengan BI, BPK, dan KPK untuk memastikan bahwa mekanisme lindung nilai tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
"Ini yang menenangkan pasar. Sebelum ada kesepakatan lindung nilai ini kan BUMN was-was apakah itu dapat jadi kerugian negara atau tidak. Nah dengankesepakatan ini, rasa waswas itu tidak ada," tukas Firmanzah.