Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BATU BARA: TKGA Incar Pasar Domestik

PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA), emiten sektor batu bara, berencana mengembangkan pasar domestik di tengah penurunan harga batu bara.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA), emiten sektor batubara, berencana mengembangkan pasar domestik di tengah penurunan harga batu bara.

Direktur perseroan Aris Munandar mengatakan salah satu alasan yang mendorong adalah kewajiban memasok ke pasar domestik dan pelemahan ekonomi di China serta di India.

"Kita malah mau meningkatkan porsi domestik. China dan India tidak dulu, sedang rendah-rendahnya," katanya seusai rapat umum pemegang saham (RUPS) perseroan, Jumat (27/6/2014).

Tahun ini TKGA akan meningkatkan proporsi batubara untuk pasar dalam negeri dari 600.000 ton menjadi 800.000 ton dari total target produksi sebesar 2,5 juta ton.

Sisanya akan diekspor ke sejumlah negara, seperti Thailand, Taiwan, dan Malaysia.

Sepanjang tahun ini perseroan mencatatkan rerata harga penjualan sekitar US$70 per ton.

Angka tersebut jauh di bawah rerata harga yang terekam dalam bujet perseroan, yaitu US$85 per ton.

Dengan kondisi demikian, Aris memperkirakan kinerja keuangan perseroan di kuartal II/2014 tak akan lebih baik dibandingkan dengan kuartal I tahun ini.

Terlebih melihat pergerakan harga batu bara yang terus melemah.

Padahal pada triwulan pertama tahun ini perseroan sudah membukukan penurunan pendapatan sebesar 48% dari US$47,37 juta menjadi US$24,45 juta.

Rugi bersihnya pun tercatat melebar dari sekitar US$880 ribu ke level US$8,86 juta .

Menanggapi penurunan harga ini, perseroan akhirnya memutuskan untuk memperlambat penyelesaian proyek infrastrukturnya.

Sebelumnya TKGA tengah membangun infrastruktur untuk menggenjot volume produksi hingga 5--6 juta ton per tahun.

Di sisi lain, perseroan juga tetap memiliki rencana pengembangan, baik melalui organik maupun anorganik.

Dari sisi organik, saat ini perseroan sedang mengembangkan tambang underground.

Menurut Aris, tambang ini sudah memasuki tahap eksplorasi untuk mengetahui cadangannya.

Targetnya, tambang underground yang berlokasi tambang Riau Baraharum ini akan berproduksi mulai tahun depan.

Jika nanti kapasitas produksinya bisa mencapai 3,5 juta ton, perseroan bakal membutuhkan dana hingga US$85 juta untuk tambang itu.

Sementara untuk akuisisi tambang, Aris enggan berkomentar.

"Rencana sih ada, saya belum mau comment dulu," katanya.

Saat ini perseroan memiliki 2 tambang batubara, yaitu Tambang Riau Baraharum di Riau dan Nusantara Termal Coal di Jambi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper