Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menyerap hanya Rp185 miliar hasil lelang sukuk negara, jauh di bawah target indikatif Rp1,5 triliun.
Dari tiga seri surat berharga syariah negara yang dilelang kemarin, Selasa (17/6/2014), pemerintah menyerap hanya surat berharga syariah negara (SBSN) seri SPN-S 04122014 dengan yield rerata tertimbang 5,96833%. Adapun, seri PBS005 dan PBS006 tidak diserap sedikit pun.
Investor meminta imbal hasil 5,90625%-6,75% pada seri SPN-S. Jumlah penawaran yang masuk pada seri tersebut sebesar Rp1,801 triliun atau 66,29% terhadap total penawaran Rp2,717 triliun.
Adapun, PBS005 dimasuki penawaran sebesar Rp512 miliar dengan imbal hasil 9,09375%-9,75%, sedangkan PBS006 mendulang penawaran Rp404 miliar dengan imbal hasil 8,1875%-8,75%.
Imbal hasil tinggi yang diminta investor jadi biang keladi rendahnya nilai penyerapan pemerintah pada lelang kemarin. Farash Farich, analis PT AAA Asset Management, mengatakan di tengah imbal hasil yang diminta tinggi, target penerbitan pemerintah dari lelang surat utang negara hampir tercapai.
"Artinya, pemerintah sudah cukup secured untuk keperluannya. Beberapa pekan terakhir imbal hasil memang agak naik. Dengan kebutuhan pemerintah yang hampir tercukupi, pemerintah tidak perlu terlalu agresif," tutur Farash kepada Bisnis, Selasa (17/6/2014).
Menurutnya, imbal hasil sukuk yang biasanya sedikit lebih tinggi dari imbal hasil obligasi konvensional mengundang investor untuk menawar banyak di tiap lelang SBSN. Faktor lain tingginya penawaran yakni masuknya investor asing yang melihat peluang meraih untung dari depresiasi rupiah.
"Investor asing yang melihat rupiah sempat melemah bisa saja masuk ke lelang sukuk negara. Jadi, ada peluang baginya untuk mendapat return tambahan selain dari imbal hasil jika rupiah berbalik menguat," tegas Farash.