Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bakrie Telecom Belum Tuntaskan Restrukturisasi Surat Utang

Sekitar 7 bulan sudah masalah restrukturisasi wesel senior PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) senilai US$380 juta jatuh tempo Mei 2015 terkatung-katung.

Bisnis.com, JAKARTA – Sekitar 7 bulan sudah masalah restrukturisasi wesel senior PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) senilai US$380 juta jatuh tempo Mei 2015 terkatung-katung.

Emiten telekomunikasi berteknologi code division multiple access (CDMA) itu telah melangkahi dua kali jadwal pembayaran kupon pada 7 November 2013 dan 7 Mei 2014 tanpa membayar kupon ke pemegang obligasi.

Berdasarkan ketentuan wesel senior senilai US$380 juta yang diterbitkan pada 2010, BTEL wajib membayar bunga 11,5% per tahun. Bunga wesel senior bertenor 5 tahun itu dibayar tiap 7 Mei dan 7 November saban tahun senilai US$43,6 hingga Mei 2015.

BTEL mengaku sudah berdiskusi dengan pemegang obligasi dan penasehat keuangan yaitu FTI Consulting. Hingga saat ini mengerucut dua opsi restrukturisasi, yakni perpanjangan jatuh tempo pembayaran atau tukar guling dengan saham (shareswap).

Imanuddin Kencana Putra, Direktur Bakrie Telecom, mengatakan opsi terkuat yang dipegang perseroan saat ini yakni perpanjangan jatuh tempo pembayaran kupon.

Langkah itu dapat diambil lewat pembebasan (waiver) segala batasan ketentuan obligasi. Opsi tersebut dinilai meringankan perseroan.

“Kupon akan di-waive. Dengan begitu, kami diberi ruang dan bisa lebih bernafas. Waiver nanti akan bertermin,” tutur Imanuddin usai paparan publik BTEL, Rabu, (18/6/2014).

Jastiro Abi, Direktur Utama Bakrie Telecom,enggan berkomentar banyak soal dua opsi tersebut. Yang pasti, menurutnya, proses pembicaraan manajemen perseroan dengan bond holders positif.

Kreditur memahami kondisi perseroan. Kedua pihak ingin masalah restrukturisasi wesel senior segera rampung, tapi masih ada beberapa rincian yang harus diselesaikan.

“Opsi-opsi itu sensitif. bond holders ingin BTEL besar, hasil restrukturisasi bisa bikin BTEL kuat agar BTEL dapat ekspansi dan masuk bisnis over-the-top (OTT),” tutur Jastiro.

Fitch Ratings memangkas peringkat BTEL atas utang jangka panjang berdenominasi rupiah dan mata uang asing menjadi restricted default (RD) dari sebelumnya C.

“Kami tidak pernah bicara dengan Fitch. Saya rasa tidak ada pengaruhnya [peringkat dari Fitch]. Kami negosiasi dengan bond holders. Mereka tidak lihat seperti itu, melainkan bagaimana bisnis ini bisa bagus ke depannya,” ucap Jastiro.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper