Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah Brent diproyeksikan akan mencapai rata-rata US$116 per barel pada akhir tahun ini, menurut para analis di Wall Street.
Proyeksi tersebut dikeluarkan terkait dengan eskalasi ketegangan di Irak yang membuat sulit bagi setiap orang untuk memprediksi harga. Minyak acuan internasional itu melejit hingga di atas $114 pada 13 Juni untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan. Salah satu penyebabnya adalah akibat adanya kelompok milisi bersenjata yang bergerak untuk menguasai lebih banyak wilayah di bagian utara Irak.
Bahkan kota Baghdad pun terancam jatuh ke kelompok pemberontak tersebut sehinggga bisa memicu perang saudara. Pemerintahan Islam Irak (ISIL) telah menghentikan perbaikan pada pipa minyak dari lapangan minyak di Kirkuk ke pelabuhan Mediterania di Ceyhan, Turki.
Konflik tersebut mengancam produksi minyak dari negara produsen kedua terbesar kelompok negara pengekspor minyak mentah (OPEC) itu. Negara-negara Teluk Persia diperkirakan menyumbang 60% dari minyak milik OPEC.
Konsumsi global akan meningkat tajam dalam triwulan terakhir tahun ini. OPEC perlu meningkatkan lebih banyak minyak untuk memenuhi permintaan, menurut satu analis.
_1652851581.jpg?w=184&h=104)
