Bisnis.com, JAKARTA - PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) berencana menggabungkan diri dengan anak usaha PT Pradja Pharin (Prafa) sebagai upaya efisiensi dan strategi untuk menguatkan pondasi finansial perseroan.
Perseroan menjelaskan penggabungan tersebut bertujuan menciptakan perusahaan farmasi yang lebih terintegrasi karena selama ini keberadaan Prafa sebagai badan hukum yang terpisah menimbulkan biaya transaksi antarperusahaan yang menimbulkan beban administrasi tambahan.
Dengan penggabungan tersebut diharapkan menyederhanakan proses administrasi, mengintegrasikan fasilitas produksi dan menghilangkan transaksi antarperusahaan yang akan meningkatkan efisiensi biaya produksi dan biaya operasional secera keseluruhan.
“Penggabungan perusahaan tersebut diharapkan akan menciptakan perusahaan yang lebih kuat dan mampu bersaing dengan pemain lainnya yang sebagian besar telah terintegrasi,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi yang dirilis Kamis (24/4/2014).
Rencana penggabungan yang diperkirakan efektif pada 30 Juni tersebut telah disetujui masing-masing dewan komisaris DVLA dan Prafa, tetapi belum memperoleh persetujuan dari pemegang saham. Untuk itu, perseroan berencana melaksanakan RUPSLB DVLA dan Prafa pada 3 Juni.
Sebagai akibat dari rencana penggabungan tersebut, Prafa akan berakhir secara hukum tanpa adanya likuidasi, sehingga seluruh aset dan kewajiban prafa akan beralih kepada Darya-Varia sebagai perusahaan penerima penggabungan.
Adapun, per 31 Desember 2013, total liabilitas Prafa naik 19% dari Rp49,1 miliar di tahun sebelumnya menjadi Rp58,47 miliar, total ekuitas naik 5,3% dari Rp149,34 miliar menjadi Rp157,31 miliar.
Sementara itu, penjualan bersih naik 9,3% dari Rp199,28 miliar menjadi Rp217,92 miliar, sedangkan laba tahun berjalan turun 12,3% dari Rp39,71 miliar menjadi 34,82 miliar.
Liabilitas DVLA naik 20,65% menjadi 229,24 miliar dari Rp190 miliar, total ekuitas tumbuh 8% dari Rp820,57 miliar menjadi 886,83 miliar. Penjualan naik 1% dari Rp1,01 triliun menjadi Rp1,02 triliun, sedangkan laba tahun berjalan turun 12,64% dari Rp136,1 miliar menjadi Rp118,89 miliar.
Dengan penggabungan tersebut, struktur permodalan dan kepemilikan saham DVLA tidak mengalami perubahan, yaitu tetap sebanyak 92,66% atau 1,03 miliar saham dipegang oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd., dan sebanyak 7,34% dipegang oleh masyarakat.
Proses penggabungan tersebut dalam jangka pendek terdapat potensi peningkatan beban biaya operasional akibat penyesuaian fasilitas dan infrastruktur. Proses integrasi seperti teknologi dan sistem informasi kemungkinan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Hingga akhir 2013, DVLA dan entitas anak mempunyai kapasitas produksi bersama sebanyak 1,05 miliar butir soft kapsul, 71,91 juta botol sirup, 1,22 juta tube salep,5,5 juta botol medicated tules, 215,65 juta sachet obat batuk, 18,04 juta tube inhaler, 9 juta botol balsem, 10 juta tablet dan 5 juta kapsul keras.