Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El Nino Diperkirakan Picu Fluktuasi Harga Komoditas

Pemerintah Australia menyebutkan gelombang panas El Nino akan melanda kawasan Asia Pasifik pada Juli tahun ini, memicu kekhawatiran terhadap fluktuasi harga komoditas.

Bisnis.com, SINGAPURA—Pemerintah Australia menyebutkan gelombang panas El Nino akan melanda kawasan Asia Pasifik pada Juli tahun ini, memicu kekhawatiran terhadap fluktuasi harga komoditas.

Badan Meteorologi Australia mengatakan 6 dari 7 model yang digunakan untuk mendeteksi gejala El Nino menunjukkan kedatangan El Nino pada awal Juli 2014. El Nino juga memicu meningkatnya suhu di Samudra Pasifik selama beberapa bulan ke depan.

“El Nino akan membawa gelombang panas yang berlebihan ke Asia. Kemudian, El Nino akan membawa musim hujan yang berkepanjangan ke Amerika Selatan dan Amerika Serikat,” ungkap Biro Meteorologi tersebut di Melbourne, Selasa (22/4/2014).

Kontras dengan Amerika Selatan dan Amerika Serikat, El Nino akan mengacaukan temperatur dari Indonesia hingga Brazil. Akibatnya, musim kemarau akan menjadi semakin kering atau hujan berlebihan sehingga memicu gagal panen di Asia.

Sebelumnya, Goldman Sachs Group Inc. mengemukakan gula dan minyak sawit adalah beberapa komoditas yang diprediksi bakal terpengaruh oleh gejala El Nino. Tidak hanya El Nino, Organisasi Meteorologi Dunia juga mengingatkan adanya kenaikan suhu di dunia akibat pemanasan gas rumah kaca.

“El Nino akan mempengaruhi cuaca di seluruh dunia, termasuk curah hujan di bawah rata-rata di Pasifik bagian barat dan Indonesia,” tambah Biro Meteorologi Australia tersebut.

Untuk Australia sendiri, El Nino biasanya memicu curah hujan di bawah rata-rata. Setidaknya 2/3 El Nino yang melanda Australia sejak 1990 mengakibatkan musim kering berkepanjangan di sebagian besar Negeri Kanguru itu.

“Kedatangan El Nino sangat berpengaruh terhadap pasar pertanian, dengan komoditas yang terkena dampak negatif signifikan meliputi minyak sawit, biji coklat, kopi, dan gula. Selain itu, El Nino juga meningkatkan risiko proyeksi harga komoditas lunak,” kata Jeffrey Currie, analis Goldman Sachs Group Inc.

Beberapa pekan yang lalu, U.S. Climate Prediction Center memperkirakan kedatangan el Nino meningkat menjadi 65% dari estimasi sebelumnya yaitu 52%. Senada dengan Amerika Serikat, biro meterorologi Australia menambahkan potensi kedatangan El Nino menjadi lebih dari 70%.

Gelombang panas El Nino biasanya melanda setiap 2-7 tahun, mengakibatkan suhu yang lebih hangat dibandingkan rara-rata biasanya. El Nino juga menyebabkan musim kering ekstrim di Australia, Filipina, dan Brazil, kemudian merembet ke Teluk Meksiko dan memicu adanya badai.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper