Bisnis.com, JAKARTA—PT Eterindo Wahanatama Tbk ("Eterindo") mencatatkan EBITDA perusahan naik 57,3% dalam periode 12 bulan hingga 31 Desember 2013, dari Rp86,1 miliar menjadi Rp135,4 miliar.
Selain itu, mereka menyebutkan margin EBITDA juga ikut naik menjadi 11,2% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 8,6%.
Sementara itu, juga terjadi peningkatan pendapatan sebesar 20,3% menjadi Rp1,20 miliar dari Rp1 miliar pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan ini sebagai efek positif dari peningkatan volume penjualan biodiesel secara signifikan sebesar 44,4% y-o-y menjadi 91.000 metrik tons dari 63.000 metrik tons tahun lalu.
Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan permintaan biodiesel dan adanya peningkatan campuran biodiesel dari sebesar 7,5% (B7,5) menjadi 10% (B10) sejak September 2013 untuk mengimplementasikan Mandatori Biodiesel terbaru.
Dalam siaran persnya, perusahaan menyatakan penjualan biodiesel berkontribusi sebesar 70,6% terhadap Pendapatan yaitu Rp851,9 miliar meningkat sebesar 33,5% dari Rp638,1 miliar tahun lalu. Sedangkan perdagangan kimia berkontribusi sebesar 29,2% terhadap Pendapatan yaitu Rp352,3 miliar.
Sementara itu, perkebunan kelapa sawit mulai turut berkontribusi terhadap Pendapatan dengan mulai menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS). Mereka mencatat, harga Pokok Penjualan meningkat sebesar 17,8% menjadi Rp1.027,2 miliar dari Rp872,1 miliar tahun lalu, sebagai akibat dari peningkatan harga bahan baku RBD Stearin sebesar 17,3% sepanjang tahun 2013 dari US$750/metrik tons pada awal tahun menjadi US$880/metrik tons pada akhir tahun.
Demikian juga Methanol sebagai bahan penolong mengalami peningkatan sebesar 63,5% sepanjang tahun 2013 menjadi US$760/metrik tons pada akhir tahun dari US$465/metrik tons pada awal tahun.
Beban Usaha juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 31,6% yang disebabkan oleh melonjaknya biaya pengangkutan biodiesel.
Immanuel Sutarto, Presiden Direktur Eterindo mengatakan perseroan juga berhasil membukukan Laba Kotor dan Laba Usaha masing-masing sejumlah Rp178,8 miliar dan Rp112,2 miliar, meningkat masing-masing sebesar 37,4% dan 41,2% dari tahun sebelumnya.
“Menghadapi tantangan pengadaan bahan baku, mendorong Perseroan meningkatkan managemen rantai pasokan yang dapat dihandalkan, dan melakukan percepatan pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dapat memberikan premium integration dengan industri hilir (biodiesel) yang telah dikembangkan Perseroan terlebih dulu,” ujarnya.
Sedangkan laba bersih Perseroan justru turun drastis sebesar 79,6% dari Rp38,5 miliar menjadi Rp7.9 miliar. (Bisnis.com)