Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bila Astra (ASII) Tambah Variasi Usaha

Pabrikan otomotif terus genjot produksi, diler-diler putar otak habiskan dagangan dengan berbagai promosi. Di Ibu Kota, jalanan kian sesak penuh polusi.Namun, sejumlah daerah lain belum sepenuhnya dipenetrasi. Di sanalah emiten otomotif masih melihat potensi.
Dalam jangka panjang, penjualan mobil di Indonesia masih sangat menarik. /bisnis.com
Dalam jangka panjang, penjualan mobil di Indonesia masih sangat menarik. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pabrikan otomotif terus genjot produksi, diler-diler putar otak habiskan dagangan dengan berbagai promosi. Di Ibu Kota, jalanan kian sesak penuh polusi.Namun, sejumlah daerah lain belum sepenuhnya dipenetrasi. Di sanalah emiten otomotif masih melihat potensi.

Dalam 2 tahun terakhir, pasar otomotif nasional kian ramai. Investasi jutaan dolar Amerika Serikat terus mengalir, mulai dari investasi membangun pabrik untuk meningkatkan produksi hingga menambah diler untuk menggenjot penjualan.

Semakin banyaknya pesaing yang ingin mencicipi kue lezat pasar otomotif nasional membuat emiten otomotif pasang cara untuk menghabiskan barang dagangannya, mulai dari diskon besar-besaran hingga promo undian berhadiah liburan.

Bagi PT Astra International Tbk. (ASII), penjualan memang harus dikejar,  tetapi kinerja harus tetap dijaga agar pemegang saham tak kecewa. Kinerja apik diperlihatkan Astra dalam laporan keuangan tahunannya yang dirilis beberapa waktu lalu.

Bagaimana tidak, di tengah ketatnya persaingan di pasar otomotif serta terseoknya harga komoditas, perseroan tetap mampu membukukan laba bersih Rp19,4 triliun pada tahun lalu, atau sama seperti pencapaian pada 2012.

Sebagai informasi, saat ini kegiatan grup Astra fokus kepada enam lini bisnis inti, yaitu divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.

Jhon Veter, analis PT Investa Saran Mandiri, mengatakan anak usaha Astra yang dalam 2 tahun terakhir sedang terseok-seok kinerjanya adalah PT United Tractors Tbk. (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).

Menurutnya, selama sektor komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit belum pulih, maka Astra harus terus meningkatkan kinerja dari bisnis otomotifnya. Penjualan low cost and green car (LCGC) diharapkan mampu menggenjot kinerja sektor tersebut.

Dari keenam divisi tersebut, sektor otomotif tercatat masih memberikan kontribusi terbesar bagi kinerja Astra. Pendapatan divisi ini mencapai Rp109,15 triliun pada tahun lalu dengan laba besih Rp9,8 triliun, atau naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan pesaingnya PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) yang membukukan laba bersih Rp532,4 miliar pada 2013, turun 33,5% dari tahun sebelumnya Rp801,7 miliar, maka kinerja Astra boleh dikatakan lebih baik.

Jhon pun menilai Astra terbukti mampu melewati berbagai macam krisis selama 20 tahun terakhir yang ditopang oleh manajemen berpengalaman, termasuk melalui ketatnya persaingan di pasar otomotif dan meredupnya harga komoditas saat ini.

“Mereka juga memiliki proses regenerasi manajemen yang bagus,” tulis Jhon dalam risetnya yang diterima Bisnis belum lama ini.

Leonardo Henry Gavaza, analis PT Bahana Securities, dalam risetnya memaparkan ketatnya persaingan di pasar otomotif masih akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan dengan margin operasi di sektor ini mencapai 2,7% pada 2014-2015.

Kondisi ini, lanjutnya, dipicu kian sengitnya persaingan melalui program uang kembali (cash back), gratis layanan purnajual, pilihan program pembiayaan yang kian bervariasi, serta berbagai promosi lainnya.

Berbeda dengan Astra yang memprediksikan pasar mobil akan stagnan tahun ini, Bahana memproyeksikan penjualan mobil dapat tumbuh 8%, didorong oleh meningkatnya permintaan akan LCGC.

Sementara itu, penjualan sepeda motor diperkirakan tumbuh 4% pada tahun ini, sejalan dengan prediksi Astra. Bahana memproyeksikan Astra masih mendominasi pasar otomotif dengan pangsa pasar 53% untuk mobil dan 61% untuk sepeda motor pada tahun ini.

Adapun, di sektor alat berat, perseroan terus menggencarkan promosi khusus untuk menggenjot penjualan mencapai 4.500 unit pada tahun ini, sedangkan di bisnis batu bara, United Tractor akan menambah volume ekstraksi batu bara dan mengurangi stripping ratio untuk mengatasi rendahnya harga jual.

Di sektor perkebunan, ungkap Leonardo, Astra Agro juga telah memaksimalkan kapasitas produksinya pada Januari lalu dan berencana menanam 10.000 hektare lahan baru sepanjang tahun ini.

Kendati dibayang-bayangi persaingan sengit di pasar otomotif dan pelemahan harga komoditas, Astra diam-diam juga memperbanyak varian lini bisnisnya melalui kerja sama dengan dua perusahaan asing.

Kerja sama pertama dilakukan Hongkong Land Group Ltd untuk membangun Menara Astra lengkap dengan apartemennya yang diperkirakan mulai dijual pada 2015.

Selain itu, melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi asal Inggirs Aviva International Holdings Ltd, Astra siap memperlebar sayap bisnis asuransi yang selama ini telah digeluti oleh PT Asuransi Astra Buana.

Meksipun demikian, Leonardo memperkirakan kontribusi dari kedua aksi korporasi tersebut masih minim untuk menopang kinerja Astra keseluruhan. Bagaimana pun juga, otomotif masih menjadi tulang punggung Astra ke depannya.

Fordyanto Widjaja, Vice President Indonesia Equity Sales PT Credit Suisse Securities Indonesia, mengatakan berdasarkan  CS 4th Emerging Market Consumer Survey, penetrasi pasar mobil di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain, yaitu hanya 5%.

Kondisi ini menggambarkan dalam jangka panjang, penjualan mobil di Indonesia masih sangat menarik. Astra dengan merek mobil ternama seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, dan Peugeot, serta sepeda motor Honda masih akan mendominasi pasar mobil domestik.

“Kami masih merekomendasikan saham ASII, walaupun dihadapkan pada tantangan saat ini,” tulisnya dalam riset yang diterima Bisnis beberapa waktu lalu.

Dalam 6 bulan – 12 bulan ke depan, lanjutnya, beberapa sentimen yang dapat mengubah kondisi sektor otomotif adalah pelaksanaan pemilihan umum yang aman dan damai, inflasi kembali normal yang mendorong penurunan suku bunga dan penguatan rupiah, serta akumulasi permintaan di sektor otomotif yang terpendam akan direalisasikan pada 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper