Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Asia Naik, Perusahaan Komoditas Petik Untung

Saham Asia menguat, dipimpin oleh produsen komoditas, karena laju pertumbuhan lebih lambat dari estimasi inflasi China teredam kekhawatiran bahwa bank sentral bangsa akan mengetatkan kebijakan moneter.
Risk appetite masih ada untuk ekuitas. /bisnis.com
Risk appetite masih ada untuk ekuitas. /bisnis.com

Bisnis.com, SINGAPURA - Saham Asia menguat, dipimpin oleh produsen komoditas, karena laju pertumbuhan lebih lambat dari estimasi inflasi China teredam kekhawatiran bahwa bank sentral bangsa akan mengetatkan kebijakan moneter.

BHP Billiton Ltd (BHP), perusahaan pertambangan terbesar, membukukan streak keuntungan terpanjang dalam 2 bulan karena harga logam naik.

Alumina Ltd naik 5% di Sydney setelah mitra joint-venture-nya Alcoa Inc (AA) melaporkan laba kuartal pertama yang melampaui perkiraan analis.

Sundance Resources Ltd ( SDL ) anjlok 48% setelah mengakhiri kesepakatan dengan Sichuan Hanlong Grup menyusul kegagalan perusahaan China untuk mengamankan pendanaan untuk perusahaan Aus$1,14 miliar (US$1,18 miliar) tawaran untuk membeli sisa bijih besi penambang Australia .

Indeks MSCI Asia Pacific (MXAP) naik 0,6% menjadi 134,77 pada pukul 19:33 di Tokyo, naik untuk hari kedua. Sekitar tiga saham menguat untuk setiap dua yang jatuh pada alat ukur tersebut.

Jepang Nikkei 225 Stock Average ditutup sedikit berubah pada 4 1/2 tahun tinggi. Saham Jepang telah memimpin kenaikan dalam 5 bulan di antara indeks saham regional Asia di tengah spekulasi negara tersebut akan melepaskan lebih banyak stimulus dan tanda-tanda ekonomi AS sudah mulai pulih.

"Risk appetite masih ada untuk ekuitas," kata Binay Chandgothia, manajer dana Global Investor Principal di Hong Kong, yang mengawasi lebih dari US$ 280 miliar.

"Pada dasar incremental, itu aman untuk memasukkan uang ke Jepang. Saya tidak terlalu khawatir tentang China - mereka tidak akan memperketat kebijakan signifikan."

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper