Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus bergerak menguat dan memimpin kenaikan tertinggi di Asia bersama won Korea Selatan, setelah dirilisnya data ekonomi Amerika Serikat yang memicu kekhawatiran laju pengurangan stimulus moneter negara itu.
Menurut data Bloomberg, JP Morgan-Asia Dollar Index naik 6% dari 7 Februari akibat data penjualan ritel pada Januari merosot ke level terendah sejak Juni 2012 dan jumlah pengangguran di AS.
Gubernur the Fed Janet Yellen mengatakn program pengurangan stimulus moneter AS akan dilakukan secara bertahap dan hanya perubahan proyeksi ekonomi AS yang dapat mengakibatkan perubahan rencana tersebut.
“Data AS yang mengecewakan diambil pelaku pasar sebagai tanda the Fed akan kurang memperhatikan perkembangan suku bunga,” kata Dariusz Kowalczyk, Strategist Credit Agricole CIB di Hongkong, seperti dilansir Bloomberg, Sabtu (15/2/2014).
Dengan kondisi tersebut, dia meyakini pasar di negara akan merespon positif dan akan diikuti penguatan nilai tukar mata uang di negara-negara tersebut.
Rupiah menguat 2,8% menjadi Rp11.825 per dolar AS. Adapun, won terapresiasi 1% ke level 1.063 won per dolar AS.