Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat Seiring Spekulasi Tapering

Dolar Amerika Serikat menyentuh level terkuat sejak November terhadap euro di tengah spekulasi Federal Reserve akan terus mengurangi stimulus karena ekonomi AS membaik
Ilustrasi Dolar AS/JIBI
Ilustrasi Dolar AS/JIBI

Bisnis.com, TOKYO—Dolar Amerika Serikat menyentuh level terkuat sejak November terhadap euro di tengah spekulasi Federal Reserve akan terus mengurangi stimulus karena ekonomi AS membaik.

Bloomberg Dollar Spot Index mempertahankan peningkatan dalam 4 bulan setelah Citigroup Inc. pekan lalu menunjukkan data ekonomi AS melampaui harapan yang paling tinggi dalam hampir 2 tahun.

Sementara itu, mata uang Jepang menguat terhadap sebagian besar sesame mata uang utama, setelah penurunan bursa Asia mendorong peningkatan daya tarik. Dolar Australia menguat dari level terendah dalam lebih dari 3 tahun setelah pertumbuhan ekonomi China mengalahkan perkiraan ekonom.

“Banyak orang berpaku terhadap fakta the Fed akan melakukan tapering sehingga akan mendukung penguatan dolar AS,” ujar Hans Kunnen, Ekonom Senior ST George Bank Ltd. di Sydney, Senin (20/1/2014).

Menurutnya, AS telah berkomitmen untuk melakukan tapering, dan itu diyakini akan terlaksana. Pertimbangan pemulihan ekonomi yang cukup kuat telah memungkinkan hal tersebut terjadi.

Sementara itu dolar Selandia Baru turun setelah gempa bumi melanda Pulau Utara. Dolar sedikit berubah pada US$1,3538 per euro pada 17 Januari waktu London, setelah sebelumnya mencapai US$1,3508, merupakan yang terkuat sejak 25 November.

Mata uang Jepang naik 0,2% menjadi 140,93 per euro dan naik 0,2% menjadi 104,11 dibandingkan dolar AS. Bloomberg Dollar Spot Index yang melacak mata uang AS terhadap 10 mata uang utama lainnya sedikit berubah menjadi 1,031.32, setelah pada 17 Januari menyentuh 1,032.84, merupakan yang tertinggi sejak 9 September.

Para pembuat kebijakan the Fed pada 18 Desember mengatakan mereka akan memotong pembelian obligasi bulanan menjadi US$75 miliar dari sebelumnya US$85 miliar, dengan laju pengurangan lebih lanjut tergantunng pada kinerja ekonomi AS. (Bloomberg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper