Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPO ANTV, Perolehan Dana untuk Bayar Utang

PT Intermedia Capital, pengelola stasiun televisi ANTV sekaligus anak usaha PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA), akan menggunakan dana penawaran umum perdana untuk ekspansi bisnis anak-anak usaha VIVA dan membayar utang VIVA senilai US$230 juta dari Credit Suisse.
Erick Thohir/Jibi
Erick Thohir/Jibi
Bisnis.com, JAKARTA – PT Intermedia Capital, pengelola stasiun televisi ANTV sekaligus anak usaha PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA), akan menggunakan dana penawaran umum perdana untuk ekspansi bisnis anak-anak usaha VIVA dan membayar utang VIVA senilai US$230 juta dari Credit Suisse.
 
Erick Thohir, Presiden Direktur Visi Media, mengatakan sebanyak 50% dana dari penawaran umum perdana (initial publik offering/ IPO) bakal dipakai untuk ekspansi Intermedia Capital, induk yang menaungi PT Cakrawala Andalas, pengelola stasiun televisi ANTV.  Sementara, sebanyak 50% bakal dikucurkan ke VIVA.
 
“Kebetulan strategi VIVA 3-4 tahun mendatang kami butuh in-house production (program produksi sendiri). Saat ini ANTV lebih dari 70% tayangan lokal, sedangkan TvOne 90%,” kata  Erick usai bertemu otoritas Bursa Efek Indonesia, Rabu, (8/1).
 
Menurutnya, saat IPO nanti, Intermedia Capital akan melepas 15% dari total modal disetor. Sebanyak 50% dari saham yang dilepas akan berasal dari saham lama yang dimiliki pemegang saham, sisanya dari penerbitan saham baru. VIVA mengantongi 99,9997% saham Intermedia Capital. Per 30 September 2013 jumlah aset sebelum eliminasi Intermedia Capital sebesar Rp679,72 miliar.
 
Neil Tobing, Sekretaris Perusahaan Visi Media, mengatakan bila benar 50% dana IPO diturunkan untuk VIVA, maka VIVA akan menggunakannya untuk ekspansi bisnis anak-anak usaha dan membayar utang kepada Credit Suisse.
 
“Di perjanjian kami dengan Credit Suisse, disebutkan jaminan atas gadai saham anak usaha, salah satunya Intermedia Capital,” kata Neil kepada Bisnis, Rabu, (8/1).
 
Pada 1 November 2013, VIVA memperoleh pinjaman senilai US$230 juta dari Credit Suisse AG, cabang Singapura. Suku bunga pinjaman per tahun sebesar 7,75% dan LIBOR 3 bulan yang dibayar tiap 3 bulan.
 
Pinjaman tersebut dipakai, antara lain, untuk membayar utang dari Deutsche Bank AG, cabang Hongkong, modal kerja, dan belanja modal perseroan dan anak usaha. Per 8 november 2013, pinjaman VIVA ke Deutsche Bank senilai US$80 juta. Kredit dari Credit Suisse dijamin, salah satunya, dengan gadai atas saham milik perusahaan di PT Asia Global Media, Intermedia Capital, PT Lativi Mediakarya,  PT Redal Semesta, dan PT Viva Media Baru.
 
Dalam rencana melantai di Bursa, Intermedia menggandeng dua sekuritas sebagai penjamin emisi efek, yakni PT Ciptadana Securities dan PT Sinarmas Sekuritas.
 
Kemarin, Rabu, (8/1), direksi VIVA dan Intermedia Capital, serta pihak dua sekuritas sudah bertemu pihak Bursa Efek Indonesia untuk menggelar mini expose.
 
Menurut rencana, pada 20 Januari, Intermedia Capital akan mengajukan izin efektif ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
 
Pengajuan izin efektif menggunakan buku laporan keuangan September 2013. Dengan begitu, tenggat waktu penawaran awal sebelum Maret 2014.
 
Erick optimistis akan kondisi ekonomi saat ini yang menurutnya baik untuk VIVA mengantar anak usahanya, Intermedi a Capital, melakukan IPO. Depresiasi rupiah pun tidak berdampak buruk bagi perseroan.  
 
“Ekonomi kita masih stabil, bursa mulai bangkit. Pemilu dan bisnis kan tidak jadi satu, jalan sendiri-sendiri. Pun kami tidak terkena efek dari depresiasi rupiah,” ujar Erick. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper