Bisnis.com, JAKARTA - Kendati inflasi pada Desember berada di bawah ekspektasi pemerintah, pasar obligasi justru merespons dengan kenaikan imbal hasil surat utang negara (SUN) di kisaran 20 basis poin hingga 34 basis poin pada akhir pekan lalu.
Dini Agmivia, analis obligasi PT Maybank Kim Eng Securities, menuturkan kenaikan imbal hasil pada penutupan per dagangan akhir pekan lalu didorong oleh respons investor
terhadap lelang SUN perdana yang akan digelar besok, Selasa (7/1).
“Sentimen utama kenaikan yield yang cukup tinggi itu karena menjelang lelang. Biasanya mereka [investor] akan meminta lima basis poin-10 basis poin di atas imbal hasil
di pasar sekunder,” ungkapnya, Minggu (5/1).
Menurut data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA), imbal hasil SUN acuan bertenor 10 tahun meningkat 34 basis poin menjadi 8,77%
pada Jumat (3/1) dari hari sebelumnya pada level 8,43%.
Kenaikan imbal hasil ini juga diikuti oleh penurunan harga SUN seri FR0070 tersebut sebesar 231 basis poin dari 99,6% menjadi 97,29% pada penutupan
perdagangan akhir pekan lalu.
Imbal hasil ketiga seri SUN acuan lainnya yakni bertenor 5 tahun FR0069, 15 tahun FR0071, dan 20 tahun FR0068, juga meningkat masing-masing
sebesar 20 basis poin, 34 basis poin, dan 20 basis poin ke level 8,23%, 9,2%, dan 9,05%.
Dini menjelaskan harga SUN sudah turun tipis pada hari pertama per dagangan tahun ini yang sebesar 0,15% dengan kenaikan imbal hasil rata-rata
dua basis poin akibat inflasi pada Desember 2013 di atas ekspektasi konsensus.
“Inflasi pada Desember 2013 tercatat sebesar 0,55%, sedangkan konsensus memperkirakan 0,5%,” ujarnya.
Amir Dalimunthe, analis obligasi PT Danareksa Sekuritas, mengatakan perdagangan obligasi hingga akhir pekan lalu masih sepi karena faktor libur
panjang dan investor tampaknya masih menunggu keputusan Bank Indonesia (BI) apakah akan menaikkan suku bunga acuan atau tidak pada pekan ini.
"Sejauh ini dua alasan terjadinya kenaikan BI rate yakni inflasi dan trade ba lan ce sudah tereliminasi karena inflasi pada Desember lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pemerintah dan n e r a c a perdagangan pada Nov e m b e r juga surplus," ungkapnya.