Bisnis.com, JAKARTA—Kendati trennya melambat, pelaku industri reksa dana di Indonesia tetap yakin prospek pertumbuhan dana kelolaan pada tahun depan lebih agresif, dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi ketimbang tahun ini.
Chief Investment Officer Director of PT CIMB Principal Asset Management Fajar Hidayat memperkirakan pertumbuhan nilai kelolaan hingga 20% masih terbuka, mengingat performa IHSG sebagai indeks acuan reksa dana berbasis ekuitas tumbuh dalam kisaran level yang sama dalam jangka waktu 10 tahun hingga 15 tahun.
Perhitungan itu bisa jadi merepresentasikan kinerja aset dasar industri reksa dana di Indonesia yang masih dominan dipengaruhi oleh portofolio saham. Bayangkan, hampir separuh dari dana investor ditempatkan dan berwujud aset dasar ekuitas.
“Namun, hingga kuartal pertama tahun depan, aset alokasi saham akan sedikit berpaling pada alternatif lainnya ke reksa dana campuran dan saham syariah karena asumsi volatilitas yang masih tinggi,” ujarnya, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Rabu (4/12/2013).
Pada paruh pertama 2014, beberapa indikator yang akan menentukan persepsi investor yakni pergerakan suku bunga, neraca perdagangan, cadangan devisa negara, nilai tukar rupiah, hingga isu dari luar negeri seperti tapering off di Amerika Serikat. Investor, kata Fajar, akan sangat berhati-hati menentukan porsi dan aset alokasi.
“Sebetulnya, harga saham sudah terdiskon cukup murah sehingga masih ada peluang untuk dana pensiun, asuransi, dan kelompok investor institusi lainnya memperbesar unit penyertaan,” jelasnya.
Ketua Umum APRDI Denny Thaher juga sempat sesumbar nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana konvensional tahun depan dapat mendekati raihan sekitar Rp240 triliun atau tumbuh 18%—20% dari estimasi nilai kelolaan tahun ini.
Proyeksi itu memang tampak ambisius. Padahal, APRDI belakangan memangkas target NAB dari semula 15% menjadi lebih moderat di bawah 10% akibat melemahnya indikator makroekonomi domestik serta sentimen negative dari gejolak ekonomi politik di luar negeri.
Faktanya, sampai pekan ketiga bulan lalu, Otoritas Jasa Keuangan mencatat nilai kelolaan industri reksa dana baru mencapai Rp192,23 triliun, hanya merangkak 2,5% dari posisi tahun lalu Rp187,59 triliun.
Selengkapnya baca di Harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (4/12/2013) atau di http://epaper.bisnis.com/index.php/PopPreview?IdContent=33&PageNumer=14&ID=123277