Bisnis.com, JAKARTA - Total nilai kontrak yang telah dibukukan oleh empat perusahaan konstruksi pelat merah sejak awal tahun hingga September hanya Rp40,9 triliun atau baru mencapai 56,31% dari total target keempat perusahaan itu untuk tahun ini.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. membukukan kontrak tertinggi yakni Rp12,8 triliun atau 61,6% dari target perseroan tahun ini Rp20,76 triliun.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. berada di posisi kedua dengan realiasi Rp12,2 triliun atau 62,2% dari target Rp19,7 triliun.
Disusul PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan perolehan kon trak Rp9 triliun atau 50,2% dari target Rp17,9 triliun, serta PT Adhi Karya (Persero) Tbk. yang hanya membukukan kontrak baru sebesar Rp6,9 triliun atau 47,9% dari target Rp14,4 triliun.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Tri Hariyanto menilai perolehan kontrak baru tersebut menunjukkan melemahnya permintaan proyek konstruksi dan infrastruktur selama kuartal III, mengingat kontrak hingga kuartal II masih sesuai dengan target.
“BUMN konstruksi meraup 46%—48% sepanjang 6 bulan per tama tahun ini, tetapi terjadi pelemahan pada kuartal III, sehingga membuat rerata realisasi kontrak BUMN konstruksi hanya 56,3% dari target tahunan,” ujarnya seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Selasa (22/10/2013).
Pelemahan permintaan tersebut disebabkan berbagai hal, seper ti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan suku bunga acuan atau BI Rate beberapa wak tu lalu.
Kedua hal tersebut menyebabkan kontraktor dan investor meng hitung ulang rencana pembangunan proyek konstruksi dan in frastruktur.
“Proyek infrastruktur kan berkaitan dengan pinjaman bank. Saat BI Rate naik, banyak proyek yang tertunda sehingga berimbas pada perolehan kontrak perusahaan konstruksi, termasuk BUMN,” tuturnya.
Kendati demikian, perusahaan konstruksi dinilai masih potensial untuk meningkatkan kinerjanya karena didorong masih tingginya minat pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
Melihat tren permintaan proyek tahunan yang selalu meningkat pada semester II, dia optimistis pencapaian kontrak empat perusahaan milik negara itu mampu melebihi target yang ditetapkan.
“Proyek biasanya digenjot pada semester II, terutama proyek pemerintah, sehingga kondisi ini ber pengaruh positif terhadap ki ner ja keuangan perusahaan konstruksi.
Kendati kuartal III sedikit m lempem, saya optimistis kuartal IV akan banyak lagi permintaan,” tuturnya.
Perincian Kontrak
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Amrozi Hamidi mengatakan perusahaan konstruksi dan pengembang properti pelat merah itu mengantongi kontrak Rp6,9 triliun sepanjang Januari—Sep tember 2013.
Beberapa kontrak yang diperoleh perseroan antara lain normalisasi Kali Ciliwung senilai Rp138,5 miliar, Institut Teknologi Bandung Rp34,5 miliar, Blue Mountain Apartment Rp196 miliar, serta fasilitas pendukung cagar budaya Setu Babakan Rp53,5 miliar.
Selengkapnya baca di harian Bisnis Indonesia edisi Selasa (22/10/2013) atau di http://epaper.bisnis.com/index.php/PopPreview?IdContent=33&PageNumer=13&ID=115067